
Sejarawan (Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung)
LAMPUNG sebagai salah satu wilayah di Indonesia memiliki sejarah panjang yang sarat dengan budaya dan tradisi. Namun, dalam kajian sejarah, aspek Islam di Lampung sering kali kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan aspek budaya dan adat istiadatnya. Banyak penelitian lebih menyoroti sistem kekerabatan Saibatin dan Pepadun, seni tari, serta kolonialisasi dan transmigrasi Lampung, sementara perkembangan Islam di wilayah ini masih minim dibahas. Padahal, sejarah Islam Lampung menawarkan narasi penting tentang penyebaran Islam di Nusantara dan keunikan Islam di Lampung sebagai hasil interaksi budaya dan agama.
Salah satu tantangan utama dalam mengkaji sejarah Islam di Lampung adalah keterbatasan sumber primer. Manuskrip kuno, catatan sejarah, dan artefak yang mendokumentasikan masuknya Islam ke Lampung sangat terbatas. Selain itu, banyak sumber sejarah lisan dari masyarakat adat belum terdokumentasikan secara sistematis. Akibatnya, banyak narasi tentang Islam di Lampung yang belum tergali secara mendalam.
Keterbatasan ini menyebabkan kajian sejarah Islam Lampung kerap terpinggirkan dalam diskursus akademis dan publik.
Tantangan lain juga muncul dari minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian sejarah Islam di Lampung. Banyak situs bersejarah yang berkaitan dengan penyebaran Islam tidak terawat dengan baik atau bahkan hilang akibat urbanisasi dan modernisasi. Hal ini diperparah dengan kurangnya inisiatif lokal dalam menggali dan mempublikasikan sejarah Islam Lampung kepada masyarakat luas.
Meskipun begitu, beberapa literatur menunjukkan bahwa Islam telah masuk ke Lampung sekitar abad ke-15 melalui tiga jalur utama. Pertama, dari arah barat melalui Minangkabau, yang membawa ajaran Islam ke dataran tinggi Belalau. Hubungan erat antara Lampung dan Sumatra Barat dalam perdagangan dan migrasi turut mendukung penyebaran Islam di wilayah ini. Peran saudagar Minangkabau seperti Nahkoda Muda Kyai Demang Purwasedana menjadi contoh bagaimana jalur ini berkontribusi terhadap perkembangan Islam di Lampung (baca juga lampost 2/3/25, Wilian Marsden, 1830)
Kedua, Islam masuk dari utara melalui Palembang, khususnya melalui daerah Komering pada permulaan abad ke-15. Adipati Arya Damar, seorang penguasa Palembang pada tahun 1443, memiliki peran penting dalam menyebarkan Islam di wilayah ini. (Slamet Muljana, 2013). Hubungan Lampung dengan Kesultanan Palembang Darussalam turut mempercepat integrasi Islam ke dalam struktur sosial masyarakat setempat. (Imadudin, 2017)
Namun, jalur ketiga yang berasal dari Banten memiliki pengaruh terbesar dalam sejarah Islam di Lampung. Pada sekitar tahun 1525, Fatahillah atau Sunan Gunung Jati dari Banten memasuki daerah Labuhan Meringgai, yang kini dikenal sebagai Keratuan Pugung. Pernikahannya dengan Putri Sinar Alam, anak Ratu Pugung, melahirkan Minak Kejala Ratu yang menjadi cikal bakal Keratuan Darah Putih. Keturunan Minak Kejala Ratu, seperti Raden Intan, memainkan peran penting dalam penyebaran Islam dan perlawanan terhadap penjajahan.
Pengaruh jalur Banten ini dapat dilihat dari tradisi keagamaan, sistem hukum, serta struktur sosial masyarakat Lampung yang banyak dipengaruhi oleh ajaran Islam (Elda, 2023).
Dalam konteks yang lebih luas, sejarah Islam di Lampung mencerminkan dinamika interaksi antara Islam dan budaya lokal. Berbeda dengan pusat penyebaran Islam lain di Nusantara, Islam di Lampung berkembang dengan pola adaptasi yang kuat terhadap budaya setempat. Hal ini terlihat dari masih kuatnya struktur adat Saibatin dan Pepadun yang tetap eksis meskipun Islam telah menjadi agama mayoritas di Lampung. Model penyebaran Islam yang akomodatif ini menunjukkan bahwa Islam di Lampung tidak menggantikan tradisi lama secara radikal, tetapi justru menyerap dan menyesuaikan diri dengan struktur sosial yang telah ada.
Dari perspektif historiografi, kurangnya kajian mendalam terhadap sejarah Islam Lampung menunjukkan bahwa banyak narasi sejarah lokal masih berada dalam bayang-bayang sejarah nasional yang lebih dominan. Sejarah Islam di Lampung cenderung diposisikan sebagai bagian dari sejarah penyebaran Islam di Sumatra secara umum. Dan itu tanpa melihat kekhasan dan kontribusi lokal yang ada. Oleh karena itu, perlu ada perubahan paradigma dalam penelitian sejarah yang lebih menekankan pentingnya sejarah lokal sebagai bagian dari konstruksi sejarah nasional yang lebih luas.
Untuk memastikan sejarah Islam Lampung tidak semakin terpinggirkan, perlu langkah-langkah konkret dalam upaya pelestarian dan penelitian lebih lanjut. Pemerintah dapat memainkan peran strategis dengan mendukung penelitian akademis melalui pendanaan, penyediaan fasilitas, serta akses terhadap arsip-arsip sejarah.
Digitalisasi dokumen sejarah, termasuk arsip kolonial yang mungkin menyimpan catatan penting tentang aktivitas Islam di Lampung, juga perlu dilakukan.
Dukungan pemerintah juga penting dalam mengembangkan kurikulum pendidikan yang memasukkan sejarah Islam Lampung. Hal itu sebagai bagian integral dari pelajaran sejarah di sekolah-sekolah. Inisiatif seperti pendirian pusat kajian sejarah Islam Lampung juga dapat menjadi wadah bagi para peneliti dan akademisi. Terutama untuk menggali lebih dalam aspek-aspek sejarah yang selama ini kurang diperhatikan.
Sejarah Islam di Lampung merupakan bagian penting dari sejarah Islam di Indonesia yang masih terabaikan. Minimnya sumber primer dan keterbatasan penelitian menjadi tantangan utama. Oleh karena itu, dukungan pemerintah sangat perlu untuk mendorong penelitian dan pelestarian sejarah Islam Lampung. Masuknya Islam ke Lampung melalui tiga jalur utama, khususnya jalur Banten, menegaskan betapa kaya dan beragamnya sejarah Islam di wilayah ini. Dengan upaya bersama, sejarah Islam Lampung dapat lebih dikenali dan dihargai sebagai bagian integral dari sejarah nasional. Lantas, bagaimana sejarah Islam di Lampung? Sejarah ini adalah kisah perjalanan panjang yang membutuhkan perhatian, penelitian, dan pelestarian agar tidak hilang dan tertelan zaman.