Jakarta (Lampost.co) — Tiga musisi ternama Indonesia menyoroti masalah royalti musik dan hak cipta yang saat ini tengah menjadi polemik dunia industri musik tanah air.
Armand Maulana Soroti Kinerja LMK dan LMKN
Vokalis band GIGI, Armand Maulana, buka suara soal polemik royalti musik yang kian meresahkan musisi Tanah Air. Ia menilai Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) dan Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) menjadi sumber persoalan utama.
“Sistem LMK dan LMKN belum berjalan sempurna. Itu akar masalahnya,” ujar Armand di Jakarta.
Sebagai musisi senior yang aktif sejak 1990, Armand menyebut situasi saat ini jadi momen paling krusial. Ia menilai, masalah royalti menyentuh level nasional, bukan sekadar konflik internal antar musisi. “Baru kali ini ributnya sampai menteri dan DPR ikut turun tangan,” tambahnya.
Menurut Armand, LMK dan LMKN wajib memperbaiki sistem kerja agar transparan dan akuntabel. Tanpa perbaikan, kepercayaan dari musisi dan stakeholder lain bakal sulit terbangun. “Kalau mau ekosistem musik sehat, perbaiki sistem distribusi royalti dulu,” tegasnya.
Rhoma Irama Desak Pemerintah Perjelas Aturan Royalti
Rhoma Irama menilai aturan soal performing rights masih tumpang tindih. Ia menyebut banyak pasal di UU Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 yang bikin bingung. “Undang-undangnya ambigu. Itu yang menimbulkan konflik,” kata Rhoma dalam podcast terbarunya.
Sebagai mantan Komisioner LMKN, Rhoma memahami celah hukum yang bisa menimbulkan gugatan antara pencipta lagu dan penyanyi.
Ia menyoroti kasus penyanyi yang tergugat miliaran rupiah karena masalah royalti. Menurutnya, aturan harus jelas agar tak lagi terjadi konflik di panggung hukum. “Kalau terus begini, pelaku seni makin takut berkarya,” ujarnya.
Rhoma mendesak pemerintah segera merevisi regulasi agar industri musik nasional punya dasar hukum yang jelas dan adil.
Judika: Penyanyi dan Pencipta Satu Rumah
Penyanyi Judika juga ikut angkat bicara. Ia prihatin melihat konflik antara pencipta lagu dan penyanyi yang seharusnya saling mendukung. “Kita itu satu rumah. Bukan musuh,” ungkapnya di kawasan Senayan, Jakarta.
Judika melihat polemik yang terjadi menunjukkan lemahnya sistem regulasi dan komunikasi antar pelaku musik. “Kalau tidak ada kejelasan aturan, penyanyi bisa bingung dan ragu menyanyikan lagu ciptaan orang,” tegasnya.
Ia juga menyinggung pentingnya perjanjian sejak awal antara penyanyi dan pencipta agar tak terjadi kesalahpahaman di kemudian hari. “Semua harus jelas dari awal. Biar adil dan tidak saling menyalahkan,” ujar Judika.
Sebagai penyanyi sekaligus pencipta lagu, Judika berharap semua pihak bisa duduk bersama dan menciptakan solusi demi industri musik yang lebih sehat. “Ini bukan soal menang-kalah, tapi membangun ekosistem yang saling menghargai,” tutupnya.