Bandar Lampung (Lampost.co)—Musim panen padi di Lampung telah tiba, namun harga gabah di tingkat petani justru mengalami penurunan. Hal ini dikhawatirkan akan berakibat pada kesejahteraan petani.
Kepala Perum Bulog Lampung Taufan Akib mengatakan, untuk penyerapan beras dari tingkat petani secara rutin tahun ini telah mulai sejak Januari dan terus berjalan hingga saat ini.
“Serapan beras dari tingkat petani yang rutin kami lakukan untuk periode Januari hingga April saat ini jumlahnya sebanyak 3.923 ton,” ujar Taufan Akib, Rabu 24 April 2024..
Ia mengatakan penyerapan beras oleh Bulog kepada petani tersebut bertujuan untuk mensejahterakan petani melalui pembelian harga pangan pokok yang terjaga dengan baik.
“Selain dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan, penyerapan gabah dan beras dalam negeri dalam masa fleksibilitas harga ini juga bertujuan untuk mensejahterakan petani,” ucapnya.
Fleksibilitas harga gabah dan beras yang saat ini berlaku memungkinkan Perum Bulog untuk melakukan pengadaan dalam negeri secara optimal untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional.
Sehingga harapannya selain tercukupinya stok beras nasional melalui pengadaan dalam negeri. Petani juga mendapatkan harga pembelian yang baik oleh Bulog.
“Kemudian untuk stok beras yang dikelola oleh Perum Bulog yang tersebar di seluruh gudang yang ada sebanyak 28.131 ton beras. Jumlah stok itu kami nilai cukup untuk memenuhi kebutuhan warga lampung selama enam bulan kedepan,” ungkapnya.
Harga Beras
Terkait harga, Badan Pangan Nasional (Bapanas) merelaksasi harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) menjadi Rp6.000 per kg dari sebelumnya Rp5.000 per kg.
Kebijakan ini berlaku mulai 3 April hingga 30 Juni 2024 mendatang. Aturan tersebut tertuang dalam Keputusan Kepala Bapanas RI No. 167/2024 tentang Fleksibilitas Harga Pembelian Gabah dan Beras Dalam Rangka Penyelenggaraan Cadangan Beras Pemerintah.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (DKPTPH) Lampung, Bani Ispriyanto menyebut harga gabah di Lampung terus mengalami penurunan seiring memasuki masa panen raya.
“Harga beras sudah terkendali, malah ini harga gabah yang anjlok. Oleh karena itu Bapanas mengeluarkan harga relaksasi hingga Juni bahwa harga GKP di Rp6.000 per kg,” ujarnya, kemarin.
Menurutnya, harga GKP di tingkat petani Lampung bahkan menyentuh harga terendah pada kisaran Rp3.500-4.000 per kilogram. Sehingga Bapanas memberlakukan relaksasi menjelang panen raya agar penyerapan panen dapat berjalan optimal.
“Makanya Bapanas mengeluarkan harga relaksasi karena kita akan panen raya,” kata dia.
Panen Raya
Sejumlah daerah di Lampung di proyeksikan akan panen raya padi pada bulan April hingga Mei 2024. Daerah tersebut terdiri atas Lampung Tengah dengan luas panen sekitar 55.192 Hektare dan prediksi jumlah produksi sebanyak 299.500 ton.
Kemudian Lampung Timur memiliki luas panen 35.870 hektare dengan produksi 178.408 ton. Kabupaten Tulangbawang dengan luas panen 32.374 hektare dan produksi 135.100 ton.
“Total proyeksi panen raya dari tiga kabupaten ini saja sejumlah 613.009 ton,” pungkas Bani Ispriyanto.
Kemudian, Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah mentargetkan sebanyak 648 ribu ton produksi padi di tahun 2023-2024. Target tersebut juga mereka barengi dengan sejumlah upaya stabilitas harga gabah di tingkat petani.
“Hari ini sampai selesai April 2024, ada luas lahan panen kita sebanyak 31.827 hektar, pada Mei tahun ini predisi kami ada 5.226 hektar dan pada bulan Juni itu hampir 1.000 hektar. Total panen kita di MT satu mencapai 84 ribu hektar,” kata Jumali selaku Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanamana Pangan dan Holtikultura Kabupaten Lampung Tengah, kemarin.
Percepatan Tanam
Saat ini, Pemerintah setempat tenggah sedang melakukan percepatan tanam dalam rangka mendukung target produksi.
Di mana pada MT dua targetnya bakal melakukan tanam padi pada lahan seluas 48 ribu hektar.
“Kami sesang melakukan percepatan tanam, pada MT dua ini kami punya target tanam sekitar kurang lebih 48 ribu hektar, dan target produksi padi kita tahun 2023-2024 itu mencapai 648 ribu ton,” jelasnya.
Pihaknya menjelaskan, untuk kondisi harga gabah di petani saat ini mulai mengalami kenaikan harga, yakni berkisar diangka Rp4.800 sampai Rp5.000 perkilonya. Harga tersebut mengalami kenaikan dari pada saat menjelang hari raya Idulfitri lalu.
“Untuk harga gabah mulai bergekar naik, kisaran Rp4.800 sampai Rp5 ribu. Kalau mau lebaran kemarin itu di harga Rp4.200 dan sekarang sudah mencapai Rp5 ribu, di Kecamatan Bumiratu Nuban sudah harga sudah mencapai Rp5 ribu,” jelasnya.
Pada puncak musim panen tahun 2024 ini, Kabupaten Lampung Tengah bakal mendapat keuntungan, karena terjadi persaingan harga. Di mana gabah milik petani setempat predisinya bakal ada yang memborong dari daerah lain.
“Keuntugan kita akan terjadi pasari di Lampung Tengah, kita lumbungnya. Semua borong, akan cari gabah di kanupaten kita, bisa dari luar daerah disitu ada persaingan. Kalau banyak pembeli harga naik, itu sudah rumus, ada persaingan itu menguntungkan. Kita ini lumbung, orang akan berlomba cari padi di kabupaten kita,” tutupnya.