Bandar Lampung (Lampost.co) — Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung mengumumkan kenaikan nilai tukar petani (NTP) 1,25 persen pada November 2025. Kenaikan itu berasal dari meningkatnya indeks harga hasil pertanian yang petani terima dan stabilnya harga kebutuhan yang mereka bayar selama periode tersebut.
Statistisi BPS Lampung, M Sabiel, menuturkan indeks harga yang petani terima tumbuh 1,28 persen. Sementara indeks harga yang dibayar hanya naik tipis 0,02 persen. Kondisi itu menguatkan daya beli petani di berbagai subsektor.
“Peningkatan tersebut mendorong NTP Lampung pada November 2025 berada di angka 129,33,” ujar Sabiel dalam konferensi rilis resmi secara daring.
Sektor perkebunan masih menjadi penyumbang terbesar penguatan kesejahteraan petani. BPS mencatat subsektor perkebunan rakyat mencapai nilai tukar 167,50, tertinggi daripada sektor lainnya. Sementara subsektor hortikultura berada pada angka 126,87 dan tanaman pangan di level 105,60.
Selain itu, subsektor peternakan berada di level 97,47, perikanan tangkap 113,77, dan perikanan budidaya mencatat 94,92. Kinerja subsektor perikanan tangkap tumbuh stabil karena tingginya permintaan pasar menjelang akhir tahun.
Sabiel menjelaskan konsumsi rumah tangga turut mengalami kenaikan 0,15 persen pada bulan yang sama. Kelompok pengeluaran perawatan pribadi dan jasa lainnya mencatat peningkatan terbesar yaitu 0,44 persen.
“NTP menjadi gambaran kemampuan petani menukar produk hasil panen dengan barang yang mereka konsumsi atau gunakan dalam produksi. Semakin tinggi angka tersebut, semakin baik posisi daya beli petani,” kata dia.
BPS juga mencatat peningkatan pada indikator nilai tukar usaha rumah tangga pertanian (NTUP). Pada November 2025, NTUP Lampung berada di angka 133,29 atau naik 1,66 persen daripada periode sebelumnya 131,11. Peningkatan itu menandakan pendapatan petani tetap tumbuh meski terjadi kenaikan biaya produksi.
Tren penguatan NTP Lampung pada akhir tahun memberikan sinyal positif terhadap kesejahteraan petani dan prospek harga komoditas pertanian. Pelaku pasar pun berharap kenaikan tersebut mampu bertahan hingga awal 2026 seiring peningkatan permintaan berbagai produk pangan dan perkebunan.








