Bandar Lampung (Lampost.co) — Sejumlah analis memberikan prediksi terhadap harga emas pada 2025 yang bisa terus menguat daripada 2024.
Hal itu meski harga emas global nyaris tidak bergerak selama periode Hari Raya Natal 2024 dan Tahun Baru 2025. Perkembangan terbaru di Amerika Serikat (AS) membuat pergerakan harga logam mulia itu stagnan.
Analis pasar di MarketPulse dari OANDA, Zain Vawda, mengatakan pergerakan harga emas yang relatif datar akibat fokus investor yang kini lebih tertuju pada prospek jangka panjang. Terutama terkait kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) dan kebijakan ekonomi Presiden terpilih Donald Trump.
“Likuiditas yang rendah menjadi faktor utama tren sideways saat ini. Namun, emas mencatatkan kenaikan signifikan 27% sepanjang tahun ini, yang merupakan kinerja terbaik sejak 2010,” kata Zain kepada Reuters.
Ia pun memberikan prediksi rally serupa bisa terjadi terhadap harga emas pada 2025, terutama jika ada gangguan geopolitik atau risiko global yang signifikan.
Faktor Pendorong Kenaikan Harga Emas di 2025
Beberapa faktor utama yang dapat mendorong kenaikan harga emas pada 2025 meliputi:
1. Pembelian Berkelanjutan Bank Sentral: Dukungan dari bank sentral global yang terus membeli emas untuk diversifikasi cadangan.
2. Ketegangan Geopolitik: Konflik internasional atau perang dagang yang memicu lonjakan permintaan emas sebagai aset aman.
3. Pemotongan Suku Bunga The Fed: Kebijakan suku bunga rendah yang meningkatkan daya tarik emas sebagai lindung nilai inflasi.
Analis pasar utama di Exinity Group, Han Tan, memproyeksikan emas bisa mencapai level US$ 3.000 per troy ons pada 2025. “Jika pasar tetap memanfaatkan emas sebagai lindung nilai inflasi, terutama di bawah kebijakan Presiden Trump yang memicu tekanan inflasi, ini sangat mungkin terjadi,” ujarnya.
Donald Trump yang akan kembali ke Gedung Putih pada Januari 2025 membawa sejumlah kebijakan ekonomi baru, seperti tarif perdagangan lebih tinggi, deregulasi, dan perubahan pajak. Kebijakan-kebijakan itu bisa mempengaruhi inflasi dan kebijakan moneter The Fed.
Analis dari Kinesis Money, Frank Watson, mencatat tarif perdagangan yang lebih tinggi akan memberi ruang terbatas bagi The Fed untuk melanjutkan pemangkasan suku bunga. Hal itu dapat berdampak langsung pada harga emas.
“Jika ketegangan geopolitik global meningkat di bawah Trump 2.0, investor cenderung beralih ke emas sebagai tempat perlindungan aset yang teruji waktu,” kata Han Tan.
Sebab, emas sebagai investasi aman selama masa ketidakstabilan ekonomi dan geopolitik. Namun, suku bunga yang lebih tinggi dapat meningkatkan biaya peluang untuk memegang aset tersebut.