Kalianda (Lampost.co) — Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (DTPH -Bun) Kabupaten Lampung Selatan menyatakan produktifitas padi di Lamsel turun. Pasalnya, pada musim tanam kali ini kondisi air berkurang pada musim kemarau (kekeringan).
Hal ini dikatakan Kepala Bidang Tanaman Pangan DTPH-Bun Lampung Selatan Eka Saputra, Kamis, 7 September 2023, ketika ditemui di kantornya.
Menurut dia, pada panen tahun 2022 lalu hasil produktiditas padi mencapai 6.000 ton. Namun, pada tahun 2023 ini sudah dapat dipastikan produktigitas padi turun. Apalagi, debit air dari sumber air yang ada berkurang baik dari sungai, sumur bor dan embung. Hal ini faktor musim kemarau.
“Selain itu, banyak lahan tanaman padi sudah mulai kekeringan dengan kondisi tanah mulai retak – retak di hampir seluruh lahan sawah yang tersebar di Lampung Selatan,”ujarnya.
Dia menjelaskan, berbagai upaya telah dilakukan DTPH- Bun Lampung Selatan seperti penghematan air, tanam padi berusia pendek dan memanfaatkan sumber – sumber air yang tersedia.
“Untuk bantuan cadangan benih daerah (CBD) stoknya masih ada. Tapi, hanya cupuk untuk 1.950 hektare. Bahkan, bantuan Ansuransi Usaha Tanaman Padi (AUTP) belum dapat dilaksanakan. Sebab, Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan PT.Ansuransi Jasa Indonesia dengan Pemkab Lamsel tentang, bantuan premi AUTP baru akan dilakukan,”jelasnya.
Mengenai petani di Lampung Selatan yang memanen lebih cepat tanaman padinya, Eka Saputra, menyatakan tidak tahu pasti berapa usia tanaman padi tersebut.
Jika dihitung dari mulai tanam tentunya usianya pun belum mencukupi. Sebab, jika digiling padinya akan pecah, dan buliran padinya belum tua.
“Jadi, lebih baik usia tanaman padi harus cukup umur. Jika, hendak dipanen, agar saat digiling padinya tidak pecah,”katanya.
Nurjanah