Jakarta (Lampost.co) – Sebuah rumah megah yang berdiri di atas tanah luas di Sydney, Australia, kini menjadi incaran pengembang properti. Terletak di tengah kawasan permukiman padat, properti tersebut memiliki potensi besar sebagai lokasi pembangunan real estat.
Namun, yang mengejutkan, pemilik rumah, keluarga Zammit, menolak menjualnya meski ada tawaran harga fantastis hingga Rp 418 miliar.
Mengutip dari Daily Mail, rumah megah tersebut berada di kawasan The Ponds, barat laut Sydney, di atas tanah seluas 20.000 meter persegi. Properti ini memiliki bangunan rumah besar bergaya Istana Windsor dan lumbung.
Tanahnya begitu luas, berbeda dengan rumah-rumah tetangga yang merupakan perumahan hasil pengembangan properti modern dengan desain seragam.
Para ahli memperkirakan tanah milik keluarga Zammit bisa bernilai hingga AU$ 60 juta atau sekitar Rp627,8 miliar (kurs Rp 10.464). Lokasi yang strategis dan ukuran lahan yang luas membuat pengembang berlomba-lomba mendapatkan properti itu.
Beberapa pengembang properti bahkan mengajukan penawaran hingga AU$ 40 juta (sekitar Rp418,5 miliar), tetapi keluarga Zammit tetap menolak.
Rumah yang berjarak sekitar 40 menit dari pusat bisnis Sydney itu menawarkan pemandangan indah ke arah Blue Mountains. Akses menuju rumah pun terbilang mewah dengan jalan masuk sepanjang 200 meter.
Selain rumah utama, properti itu juga memiliki garasi besar yang mampu menampung tiga mobil dan lumbung di bagian belakang.
Sejarah Properti Keluarga Zammit
Keluarga Zammit menghuni rumah tersebut sejak 16 tahun lalu, saat kawasan sekitarnya masih berupa lahan pertanian. Awalnya, daerah itu hanya rumah-rumah bata merah kecil dan pondok.
Namun, seiring perkembangan waktu, lahan di sekitarnya berkembang menjadi perumahan padat penduduk. Meski begitu, keluarga Zammit tetap mempertahankan rumah dan enggan menjualnya meski ada tawaran harga yang sangat tinggi.
Menariknya, properti tersebut sempat muncul di pasaran kurang dari sepuluh tahun lalu. Pada 2012, lahan di sekitarnya dengan harga AU$ 239 per meter persegi, yang berarti nilai tanah pada saat itu sekitar AU$ 4,78 juta atau sekitar Rp50 miliar.
Rumah itu sempat muncul di pasar properti pada November 2015 dan Februari 2016. Namun, tidak ada kabar lebih lanjut mengenai penjualan tersebut.
Menurut estimasi, jika properti tersebut terjual, setidaknya ada 40 rumah baru bisa terbangun di atas lahan seluas itu. Hal itu membuat banyak pengembang semakin tertarik, tetapi hingga kini keluarga Zammit tetap bertahan.
Meski tidak memiliki fasilitas mewah seperti kolam renang atau lapangan tenis, properti itu tetap menjadi salah satu aset paling berharga di kawasan tersebut. Lahan luasnya dipagari sepanjang 750 meter, biasanya dipangkas rapi putra keluarga tersebut selama sekitar dua setengah jam.
Hingga kini, belum diketahui secara pasti alasan mengapa keluarga Zammit menolak menjual rumah mereka meski menerima berbagai tawaran menggiurkan. Namun, properti itu terus menjadi sorotan para pengembang, agen real estat, dan warga sekitar.
Walaupun keluarga itu jarang terlihat menikmati lahan luas, properti tersebut tetap menjadi simbol penolakan terhadap modernisasi dan pembangunan komersial yang melanda Sydney.