
LEBANON terus dirundung duka. Bekas jajahan Prancis itu luluh lantak dihantam ledakan yang bersumber dari sebuah toko menyimpan amonium nitrat dalam jumlah 2.750 ton. Selasa (4/8) itu, langit Kota Beirut dari warna biru berubah menjadi kelabu akibat asap tebal yang mengepul.
Fasilitas publik, pusat pergudangan, permukiman di kawasan pelabuhan hancur berkeping-keping. Ledakan dahsyat yang membawa derita itu menewaskan lebih 135 orang dan 5.000 luka-luka. Dunia pun bersimpati. Rasa kemanusiaan dengan bala bantuan dikirim untuk meringankan penderita rakyat Lebanon.
Dahsyatnya ledakan itu karena mengirimkan gelombang kejut ke seluruh ibu kota Beirut yang dirasakan hingga ke Siprus berjarak 120 mil. Korban tewas banyak ditemukan di puing-puing gedung yang hancur. Rumah sakit kewalahan menampung ratusan korban jiwa. Belum lagi kekurangan darah dan obat.
Lumbung-lumbung gandum di pelabuhan ikut hancur. Ini memicu krisis pangan setelah Lebanon dinyatakan kekurangan makanan akibat pandemi corona. Tercatat, negara itu mengimpor sekitar 90% kebutuhan gandum. Duka lara menyelimut Lebanon. Pemimpin umat seperti Paus Fransiskus menyampaikan doa karena mayoritas penduduknya beragama Kristen.
Seorang mahasiswa asal Indonesia yang menekuni pendidikan di Beirut, Hamzah Lubis, menyampaikan tragedi mengerikan. Tapi tidak membawa korban bagi anak bangsa baik menjadi korban maupun luka-luka. “Sudah didata, ada 65 mahasiswa di sini. Alhamdulillah sehat,” kata Hamzah, yang juga presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Lebanon.
Putra asal Medan ini menjelaskan tempat tinggal mahasiswa Indonesia jauh dari lokasi ledakan. Yang terdekat adalah kantor PPI dengan radius kurang lebih 5 km dari tempat kejadian. Meski dinyatakan aman, anak Indonesia di Beirut tetap waspada karena ledakan itu berasal dari bahan kimia yang membahayakan.
Mengapa jadi perhatian dunia? Karena Lebanon menyimpan sejarah tertua di dunia. Situs kuno masih berdiri tegak di sudut-sudut kota. Dengan sejarah hampir 5.000 tahun, Lebanon yang bermula dari zaman Fenesia dengan masa kejayaan. Banyak bangsa asing dari Eropa menancapkan tajinya di Lebanon, seperti Assyria, Persia, Yunani, Roma, Turki, dan terakhir Prancis.
Dari banyak literatur, Lebanon dinyatakan merdeka dari jajahan Prancis pada 26 November 1941. Setelah itu pada 1958 perang saudara mulai berkecamuk. Karena kelompok orang Islam memberontak terhadap pemerintah yang berkuasa yang didominasi orang Kristen Maronit.
Karena di bawah kekuasaan Prancis selama 23 tahun (1920—1943), banyak meninggalkan bangunan bergaya Eropa. Dari situlah, Lebanon dijuluki Paris dari Timur Tengah yang meulai tenar pada pertengahan 1970-an. Maka itu, banyak yang berminat ingin “menguasai” Lebanon.
Kelompok bersenjata dengan kepentingan golongannya berebut pengaruh. Mereka datang dari kelompok Druze, Amal Syi’ah, Hizbullah, Kristen, militer Suriah. Apalagi intervensi dari Israel yang menumpas gerilyawan Palestina di Lebanon Selatan membuat suasana tidak menentu.
***
Sangat menarik memang Lebanon. Sebab itu, banyak mahasiswa Indonesia memperdalam ilmu pengetahuan ke Lebanon. Hamzah Lubis salah satu contohnya, bagi dia, Lebanon adalah negara yang menarik karena berada di sepanjang laut Mediterania. Sangat indah bagi wisatawan.
Negara ini juga satu-satunya di Timur Tengah yang membagi kekuasaan berdasarkan kelompok agama. Dalam perjanjian tidak tertulis pada 1943, bahwa jabatan tinggi dalam pemerintahan seperti presiden harus dipegang beragama Kristen Katolik Maronit.
Begitupun perdana menteri dijabat dari kalangan muslim Suni, wakil perdana menteri dari Kristen ortodoks, serta ketua parlemen dari muslim Syi’ah. Pembagian kekuasaan itu ditetapkan dalam konstitusi pada 1990.
Negara asal Kahlil Gibran, sastrawan terkenal di dunia itu menjadikan kian moncer karena jadi tujuan wisata budaya dan religius. Lebanon memiliki enam situs warisan dunia yang dilindungi oleh Unesco, apalagi dengan kehidupan malamnya yang dikenal sebagai Paris di Timur Tengah tadi.
Tidak hanya Gibran yang mengangkat citra negaranya. Adalah The Lebanon Hassan Kamel Al-Sabbah. Hassan adalah pemimpin penemuan listrik dari sinar matahari yang memberi dampak besar pada perkembangan teknologi Abad Ke-20.
Sekali lagi Lebanon menarik magnet bagi pemimpin dunia, seperti Presiden Amerika Serikat Donald Trump ikut prihatin dengan ledakan di Beirut. “Kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan rakyat Lebanon, dan kami akan berada di sana untuk membantu,” kata Trump di Gedung Putih yang banyak dikutip oleh media.
Kedekatan itu dibuktikan dengan pasukan perdamaian PBB berada di Lebanon. Indonesia juga ada di dalam pasukan menjaga perdamaian di negara tersebut. Kini, negara Lebanon membutuhkan uluran tangan dari saudaranya di belahan dunia untuk memulihkan ekonomi, meringankan penderitaan rakyat yang sangat mendalam.
Ledakan yang menewaskan ratusan orang itu memicu dunia internasional dan negara tetangga dan di kawasan teluk, seperti Turki, Arab Saudi, Iran, Israel, dan Qatar menawarkan bantuan kemanusiaan. “Belasungkawa kepada saudara dan orang yang ramah di Lebanon. Kami sap membantu disetiap cara,” kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu.
Hebatnya lagi Israel, negara ini telah menawarkan bantuan kemanusiaan ke Lebanon melalui saluran asing. Mengapa? Karena Israel dan Lebanon tidak memiliki hubungan diplomatik. Di situlah ada rasa kemanusiaan atau kepentingan Israel. Akankah negara zionis itu nantinya menagih karena ia sudah menanam budi. ***