Jakarta (Lampost.co) — Musisi senior sekaligus Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Kreatif, Yovie Widianto, menyampaikan pandangannya soal kehadiran teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam menghasilkan karya di industri kreatif.
Ia menilai, secanggih apa pun AI, teknologi itu tidak bisa menggantikan perasaan dan pikiran manusia dalam menciptakan karya seni.
Pernyataan itu ia sampaikan dalam acara Telkomsel NextDev Summit ke-10 yang berlangsung di Jakarta. Dalam sambutannya, Yovie menyebut kekuatan emosi, idealisme, serta integritas personal adalah hal yang tak tergantikan oleh mesin.
“Selama saya berkarya, saya percaya kekuatan hati dan pemikiran adalah kunci keaslian. Itu yang membuat karya manusia tetap berbeda dan otentik,” ungkap Yovie.
Ia menekankan AI sebaiknya hanya sebagai alat bantu, bukan pengganti manusia. Kombinasi antara kreativitas manusia dan dukungan teknologi bisa melahirkan karya berkualitas tinggi.
“Gunakan AI sebagai partner, bukan pesaing. Meski tak sempurna, kolaborasi dengan AI bisa menciptakan sesuatu yang luar biasa,” ujarnya.
Dia juga mengingat kembali awal kariernya di industri musik. Ia mengenang masa ketika proses rekaman masih menggunakan pita kaset dan teknologi analog dengan jumlah track terbatas. Kini, seluruh proses produksi musik beralih ke sistem digital yang jauh lebih praktis.
Regulasi di Era Teknologi
Namun, Yovie juga mengingatkan pentingnya regulasi yang melindungi hak cipta di era teknologi canggih seperti sekarang. Ia menyoroti perlunya pencatatan digital atas karya seni untuk menjamin hak ekonomi para pencipta tetap aman.
“Kami butuh posisi tawar yang kuat dalam menilai nilai dari kreativitas. Kerja sama internasional menjadi kunci untuk mengatur ini,” jelas Yovie.
Ia kemudian mencontohkan kebijakan di Korea Selatan melalui KOMCA, yang tidak memberikan hak cipta pada lagu ciptaan AI. Menurutnya, hal itu menunjukkan bentuk nyata penghargaan terhadap kreativitas manusia.
“Saya kagum dengan langkah Korea Selatan. Mereka menolak memberikan hak cipta untuk lagu buatan AI. Itu bentuk penghargaan atas karya manusia,” ujar Yovie.
Sebagai musisi yang berkarier selama hampir empat dekade, Yovie mengajak pelaku industri kreatif untuk tidak takut menggunakan teknologi. Ia mendorong agar teknologi justru menjadi alat bantu dalam memperkuat identitas kreatif masing-masing.








