Bandar Lampung (Lampost.co)– Pengamat pendidikan, M Thoha Batin Sampurna Jaya, meminta sekolah dan dinas pendidikan mengawal kasus pembunuhan siswi SMK di Mesuji berinisial AL.
Pelajar berusia 16 tahun itu meninggal dunia usai jenazahnya warga menemukannya di parit kebun karet, Desa Margo Mulyo, pada 28 Mei 2024 lalu.
Sebelumnya Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Pol Umi Fadilah Astutik mengungkapkan, petugas kesulitan mencari barang bukti untuk mengungkap kasus ini. Minimnya saksi yang mengetahui kejadian tersebut menurutnya turut menjadi kendala dalam melakukan penyelidikan.
Baca juga: Dinas Pendidikan Tanggamus Dorong Lanjutkan Merdeka Belajar
Atas dasar itu, Thoha menilai, meskipun kasus ini terjadi di luar lingkungan sekolah bukan berarti dinas pendidikan dan sekolah lepas tangan.
“Mereka mestinya harus berkoordinasi dengan aparat penegak hukum khususnya kepolisian dan Dinas PPPA untuk mengawal kasus ini hingga menemui titik terang,” ujar Thoha Minggu, 15 Juni 2024.
Ia menegaskan informasi dari sekolah, seperti keseharian korban, teman-teman dekatnya. Kemudian jarak antara rumah dan sekolah, bisa membantu kepolisian dalam mengungkap kasus ini.
“Informasi tersebut dapat memberikan gambaran tentang bagaimana kejadian ini bisa terjadi,” jelasnya.
Ia juga menyarankan agar pihak sekolah berkoordinasi dengan komite sekolah dan orang tua siswa. Hal ini guna mempersempit ruang bagi hal-hal negatif kembali terjadi.
“Dinas pendidikan harus intens bekerja sama dan memantau perkembangan kasus ini,” tambah Thoha.
Thoha juga mengingatkan perhatian khusus dari orang tua perlu untuk mengawasi aktivitas anak-anak mereka. Baik di dalam maupun di luar sekolah.
“Perlu ada bimbingan periodik dari aparat penegak hukum dan pihak PPPA untuk meningkatkan pengawasan orang tua dan sekolah,” katanya.
Pihaknya menekankan bahwa peran sekolah dalam berkoordinasi dengan komite untuk membuat kebijakan preventif sangat penting dilakukan supaya hal ini tidak terjadi lagi.
“Kita harus memahami bahwa sekolah memiliki keterbatasan dalam memantau siswa setelah jam sekolah. Namun, perhatian dari sekolah dan para peserta didik sangat diperlukan,” jelas Thoha.
Cegah Kejadian Serupa
Ia menambahkan, untuk mencegah hal serupa kembali terjadi, jika memungkinkan. Siswa diimbau untuk tidak pulang sendirian agar tidak mengundang hal-hal negatif.
Dalam kasus ini, Thoha menegaskan dukungan dan informasi dari dinas pendidikan dan pihak sekolah sangat perlu untuk membantu kepolisian.
“Dinas pendidikan dan pihak sekolah harus mendukung dan memberikan informasi kepada pihak kepolisian,” pungkasnya.
Perkembangan terakhir, sampai saat ini pihak kepolisian telah memeriksa 27 saksi terkait pembunuhan siswi tersebut. Polisi juga telah ngirim 28 sampel DNA dari para saksi ke Puslabfor Bareskrim Polri untuk memeriksa.