Senior Eksekutif PT Prima Alumga, Darmawan menyampaikan hal itu di kantornya, Sabtu, 15 Februari 2025. Dia berharap ada penegakan hukum yang tegas dari aparat penegak hukum.
Baca juga: Pencurian Buah Sawit di Mesuji Merajalela, Pemda Larang Lapak Jadi Penadah
Dia mengatakan semua peristiwa itu sudah pihaknya laporkan ke pihak kepolisian. Namun, dari 13 laporan hanya 2 laporan yang baru jalan. Itu pun hanya tindak pidana ringan.
“Kerugian kami sudah luar biasa. Bahkan ada penusukan kepada karyawan kami dan belum ada penangkapan atas pelaku. Kerugian ini kemungkinan akan terus bertambah karena lambannya penanganan,” ujarnya.
“Tentunya kami berharap ada penyelesaian. Terutama penegakan hukumnya. Karena memang sampai dengan saat ini perkebunan kami terus mengalami peristiwa yang sangat merugikan. Terakhir adanya perusakan fasilitas perumahan dan alat berat perusahaan,” sambungnya.
Baca juga: Investor Resah, Iklim Investasi Mesuji Makin Tidak Kondusif
Terkait hal itu, menurutnya ada kekhawatiran dari para pekerja yang ada di perusahaan. Pekerja merasa takut melakukan aktivitas bekerja. Dalam upaya menyelesaikan konflik ini, Darmawan mengakui sudah menemui Komisi I DPRD Provinsi Lampung.
“DPRD berjanji akan memanggil Kapolda untuk menyelesaikan kasus ini,” kata dia.
Pekerja Perusahaan Trauma
Sementara itu, Ciptolaksono selaku Sekretaris Serikat Kerja PT Prima Alumga mengaku jika para pekerja menjadi resah. Hal itu setelah adanya kejadian penyerangan dan teror serta pembakaran mes dab perusakan alat berat milik perusahaan.
“Jika ini berlanjut terus, yang kami khawatirkan bukan hanya keselamatan pekerja. Tapi ancaman kehilangan pekerjaan 1.000 pekerja perusahaan ini. Kami berharap para pencurian bisa polisi tangkap dan situasi dapat kembali kondusif,” kata dia.
Sungkowo selaku staf perusahaan mengaku hal yang sama. Dia mengatakan jika keluarganya yang sebelumnya tinggal di mes perusahaan, terpaksa mengungsi di desa terdekat dari perusahaan. Dia mengatakan jika pegawai perusahaan mengalami trauma dan ketakutan saat bekerja.
“Karena saat kerja kami kerap kena teror. Saat ini kami bekerja seperti biasa, namun tidak maksimal,” pungkasnya.
Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News