Bandar Lampung (Lampost.co): Sahabat Difabel Lampung (Sadila) meminta Pemerintah Kota Bandar Lampung memenuhi hak pendidikan anak-anak difabel. Sadila menilai akses pendidikan bagi anak difabel masih sangat minim di Kota Tapis Berseri.
Ketua Sadila Eti Mudmainaf menyampaikan bahwa pemerintah kota hanya menyediakan satu sekolah negeri khusus difabel di Bandar Lampung. Kondisi tersebut menyebabkan daya tampung peserta didik sangat sempit, sementara jumlah anak difabel yang ingin bersekolah terus meningkat.
Eti menegaskan bahwa keberadaan sekolah khusus memegang peran penting untuk menjamin hak pendidikan anak difabel di Bandar Lampung. Ia menilai pemerintah perlu menambah jumlah sekolah agar anak difabel memperoleh kesempatan belajar yang layak.
“Sekolah khusus negeri di Bandar Lampung hanya satu, sementara sekolah lainnya dikelola swasta. Kondisi ini membuat banyak anak kesulitan memperoleh akses pendidikan,” ujar Eti saat wawancara usai peringatan Hari Disabilitas Internasional di Gedung Dewan Kesenian Lampung, Minggu, 14 Desember 2025.
Selain jumlah sekolah, Eti juga menyoroti keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan. Ia menyebut fasilitas yang kurang memadai menghambat proses belajar anak-anak difabel yang sudah bersekolah.
“Kuota penerimaan di sekolah negeri sangat sedikit karena fasilitas pendidikan belum memadai,” katanya.
Eti menjelaskan bahwa sekolah khusus tidak hanya mengajarkan kemampuan akademik, tetapi juga membekali anak difabel dengan kemampuan beradaptasi di lingkungan sosial. Menurutnya, anak-anak difabel memerlukan pendampingan tepat agar tumbuh percaya diri saat berinteraksi dengan masyarakat.
“Saat ini sekolah sangat penting karena dari sekolah anak-anak belajar hidup bermasyarakat dan membangun kepercayaan diri,” jelasnya.
Sebelumnya, Sadila menggelar panggung pentas bagi anak-anak difabel di Lampung sebagai bagian peringatan Hari Disabilitas Internasional 2025. Kegiatan bertajuk Rumah yang Bercerita: Tentang Cinta yang Menumbuhkan Empati dan Inklusi tersebut melibatkan 72 anak dalam sejumlah kelompok.
Anak-anak menampilkan beragam pertunjukan tari kreasi tradisional. Sadila memanfaatkan panggung pentas tersebut sebagai sarana latihan untuk menumbuhkan kepercayaan diri anak difabel agar mereka berani berinteraksi dengan masyarakat.








