Tangerang (lampost.co) —
Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa masih ada sejumlah pekerjaan rumah (PR) di sektor
kesehatan yang perlu ada penyelesaian. Presiden mengatakan, semua pekerjaan rumah tersebut harus ada penyelesaian secara bersama-sama.
Beberapa PR yang perlu ada penyelesaian menurut Presiden adalah masalah stunting. Meski mengalami lonjakan penurunan cukup signifikan yakni dari 37%, kasus stunting di Indonesia 10 tahun lalu menjadi 21,5% di Desember 2023 kemarin. Menurut Presiden mengatasi stunting bukanlah hal yang mudah dan perlu melibatkan berbagai sektor untuk mengatasinya.
“Stunting akhir tahun kemarin angkanya masih 21,5% sudah turun, tapi seharusnya kita mencapai 14%. Tapi saya hitung ini tidak mudah, untuk mengatasinya program ini harus terintegrasi,” kata Presiden saat membuka secara resmi Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) tahun 2024 pada 24 – 25 April 2024 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten.
Baca Juga:
Selain stunting, persoalan yang menjadi sorotan adalah tingginya angka kematian karena penyakit tidak menular (PTM).
Presiden menyebut tiga penyakit PTM yang menyumbang angka kematian tertinggi di Indonesia yakni stroke sebanyak 330 ribuan kasus kematian. Kemudian penyakit jantung sekitar 300 ribu kematian dan kanker juga mencapai 300 ribu kasus kematian.
Sementara terkait alat kesehatan Presiden menyebut hampir seluruh Puskesmas kini telah mendapatkan alat penunjang pemeriksaan kesehatan.
Begitu juga dengan rumah sakit di daerah telah memperoleh tambahan alat kesehatan yang bisa mendukung upaya peningkatan pelayanan kesehatan.
“Beberapa daerah telah menerima seperti alat CT scan, cath lab, namun ruangannya belum mendukung. Pak Menteri beri contoh ruangan yang benar seperti apa, biar direktur rumah sakit bisa melihat,” tutur Presiden.
Lebih lanjut Presiden mengatakan, persoalan lain yang juga besar di kesehatan adalah ketersedian tenaga kesehatan. Saat ini jumlah dokter dan dokter spesialis di Indonesia masih kurang karena rasionya hanya 0,47 dan menempati urutan 147 di dunia.
Presiden juga menyoroti masih tingginya masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri. Menurut Presiden hampir satu juta warga Indonesia yang memilih untuk berobat ke luar negeri dari pada di dalam negeri yang secara hitungan ekonomi negara kehilangan sekitar Rp180 triliuan setiap tahunnya.
Terkait kesediaan bahan baku obat juga menjadi catatan, dimana 90% masih impor. Sementara untuk alat-alat kesehatan 52% juga masih didatangkan dari luar negeri.
”Untuk alat kesehatan itu tidak apa, tapi jangan sampai jarum, selang, dan alat infus kita masih impor juga, jangan, kita harus produksi sendiri,” ucap Presiden.
Advertisement. Scroll to continue reading.