Bandar Lampung (Lampost.co) — Flu Singapura menjadi kasus yang cukup mengkhawatirkan bagi para orang tua dan anak-anak. Humas Kementerian Kesehatan RI mencatat, pada minggu ke-11 tahun 2024 sudah ada 5.461 orang yang terjangkit flu Singapura di Indonesia.
Anggota UKK Infeksi Penyakit Tropik IDAI, Edi Hartoyo mengatakan flu Singapura merupakan penyakit ringan dengan tingkat penularan yang cepat. Dalam banyak kasus, penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak di bawah usia 10 tahun, terutama balita.
“Makanya penyakit ini dikenal dengan penyakit tangan, kaki, dan mulut seperti orang sariawan,” ujarnya, Selasa, 2 April 2024.
Baca Juga:
Dinas Kesehatan Lampung Barat Imbau Warga Waspada Flu dan Batuk Saat Musim Hujan
Droplet
Ia menjelaskan, penyebaran virus flu Singapura bisa karena droplet ataupun kontak fisik baik langsung maupun tidak langsung (melalui benda).
Oleh karenanya penanganannya pun menurutnya hampir sama dengan pencegahan Covid-19. Yakni dengan menjaga sanitasi baik diri sendiri maupun lingkungan.
“Cuci tangan setelah berinteraksi dengan penderita dan juga alat-alat seperti gelas, handuk,” katanya.
Sembuh Sendiri
Edi juga menyebut flu Singapura umumnya akan sembuh dengan sendiri dengan waktu 7 – 10 hari. Sehingga ia menganggap bahwa penyakit ini punya ancaman serius walaupun belum ada laporan kematian atas penyakit ini. Oleh karena itu, selama masyarakat menjaga istirahat, pola makan dan nutrisinya terpenuhi dengan baik maka proses penyembuhan akan semakin cepat.
Dalam sebagian kecil kasus seperti di Taiwan misalnya, Edi menyebut bahwa flu Singapura bisa menyebabkan komplikasi ke penyakit miningitis (radang otak), namun kejadian ini menurutnya sangat jarang terjadi.
Untuk kasus penularan pada anak, Edi mengimbau jika orang tua menemukan tanda-tanda anak terkena flu Singapura maka bisa segera mendapatkan pertolongan berupa obat panas atau obat kumur. Ia juga menyarankan agar anak bisa mengisolasi diri agar tidak kontak dengan anak lain karena dapat menyebabkan penularan yang sangat cepat.
“Tapi meski begitu anak-anak tidak perlu sekolah online, karena masa penyakit itu ada masanya 3 sampai 5 hari, artinya kalau sudah 3 sampai 5 hari itu dia sudah tidak menular lagi,” jelasnya.