Bandar Lampung (Lampost.co) — Penerapan sistem penjurusan di SMA dinilai memiliki dampak positif terhadap kemampuan dan kesiapan siswa dalam melanjutkan pendidikan. Aktivis pendidikan Taman Siswa, Ki Darmaningtyas, menyebut penjurusan membuat pembelajaran lebih terarah sesuai minat dan bakat siswa.
Penjurusan Bantu Fokus dan Siapkan Siswa ke Perguruan Tinggi
Menurut Ki Darmaningtyas, jurusan yang dipilih siswa di SMA akan memperkuat materi pembelajaran yang relevan dengan rencana studi lanjutan. Misalnya, siswa yang ingin masuk fakultas teknik bisa memperdalam fisika dan matematika, sementara yang tertarik dengan farmasi dan kedokteran bisa memperkuat biologi dan kimia.
“Murid jadi lebih mudah memilih sesuai dengan kemampuan dan bakat, sehingga belajarnya juga lebih fokus,” ujarnya, Selasa, 15 April 2025.
Penjurusan juga mempermudah siswa dalam menentukan fakultas saat mendaftar ke perguruan tinggi. Dengan pembelajaran yang lebih terarah sejak SMA, mereka bisa menjalani pendidikan tinggi dengan lebih lancar.
Selain bermanfaat bagi siswa, penjurusan juga memudahkan pihak sekolah dalam hal manajemen dan tata kelola. Menurut Darmaningtyas, sekolah bisa lebih mudah menyusun jadwal pembelajaran dan menentukan kebutuhan guru untuk setiap mata pelajaran.
“Jika jumlah guru tidak mencukupi, kekurangannya bisa kita ketahui secara pasti,” tegasnya.
Bagi pemerintah, sistem ini juga memudahkan dalam merancang kebutuhan guru di tiap mata pelajaran dan menentukan kebutuhan infrastruktur fisik sekolah. Misalnya, jumlah ruang kelas dan laboratorium untuk jurusan IPA, IPS, atau Bahasa bisa kita hitung dengan akurat.
Tantangan Penjurusan
Meski begitu, ia mengakui bahwa penjurusan masih menghadapi tantangan dari segi sosial. Masih ada anggapan bahwa jurusan IPA lebih unggul ketimbang IPS atau Bahasa.
“Itu hanya persepsi keliru. Kini banyak profesi bergaji tinggi justru berasal dari bidang sosial-humaniora,” katanya.
Ia optimistis, seiring waktu, persepsi negatif tersebut akan berubah karena realitas dunia kerja yang semakin menghargai berbagai latar belakang keilmuan.
Terkait waktu pelaksanaan penjurusan, Darmaningtyas menyarankan dua opsi. Pertama, di semester kedua kelas 10, setelah siswa mengenal semua mata pelajaran sebagai dasar. Kedua, saat naik ke kelas XI agar siswa punya cukup waktu menemukan minat dan talentanya.
“Yang penting, penjurusan berdasarkan pengenalan diri siswa, bukan sekadar ikut-ikutan,” jelasnya.
Dengan mempertimbangkan berbagai sisi positif dan tantangan yang ada, ia menyimpulkan bahwa penjurusan kembali di SMA merupakan kebijakan yang realistis dan strategis untuk masa depan pendidikan nasional.