Jakarta (Lampost.co) — Lingkungan kerja yang memadai bagi guru berkualitas di Indonesia harus memiliki dukungan secara konsisten dan meningkat. Hal itu agar upaya mencetak tenaga pendidik bisa merata di tanah air dapat terealisasi.
“Ancaman terjadinya krisis jumlah guru harus benar-benar ada antisipasi dengan langkah nyata dan segera. Agar proses pendidikan bisa berjalan dengan berkesinambungan dan berkualitas,” kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 28 April 2024.
Berdasarkan data Educational Internasional terjadi krisis jumlah guru. Bahkan, minat generasi muda menjadi guru di Indonesia termasuk terendah di dunia. Sementara guru berkualitas di seluruh dunia kekurangan hingga 44 juta orang dan di Asia kekurangan sekitar 4 juta guru.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) mencatat Indonesia memiliki 3,3 juta guru di sekolah negeri pada 2022-2023. Namun, pada 2024 mengalami kekurangan 1,3 juta guru karena banyak guru yang pensiun.
Menurut dia, kondisi tersebut seiring dengan rendahnya minat generasi muda menjadi guru. Hal itu akan meningkatkan potensi kekurangan tenaga pengajar di tanah air.
BACA JUGA: Kemenag Buka Peluang Kerja Sama dengan Perguruan Tinggi di Amerika
Rerie, sapaan akrab Lestari, menilai ancaman darurat kekurangan guru itu harus mampu pemerintah pusat dan daerah antisipasi dengan langkah tepat.
Anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu mendorong keterlibatan semua pihak untuk berinvestasi pada sektor pendidikan. Upaya itu untuk pemenuhan kebutuhan dan peningkatan profesionalisme guru.
Langkah tersebut sebagai bagian dari proses membangun sumber daya manusia (SDM) nasional yang tangguh dan berdaya saing di masa depan.
“Saya sangat berharap pemerintah pusat dan daerah dapat mengambil kebijakan yang tepat dalam mengantisipasi ancaman kekurangan jumlah guru. Sehingga, kualitas belajar mengajar di tanah air dapat terus meningkat,” Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu.