Semarang (Lampoat.co) — Perguruan Tinggi memiliki peran sangat krusial untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkemampuan adaptif dan kolaboratif. Hal itu untuk melahirkan kepemimpinan masa depan yang memiliki passion dan memimpin dengan hati.
“Dalam satu dekade terakhir para pakar manajemen kerap merekomendasikan eksekutif untuk memulai pekerjaan dengan passion,” kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, saat Orasi Ilmiah bertema Perform with Passion dalam rangka Dies Natalis ke-60 Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Jenderal Soedirman di Purwokerto, Jawa Tengah, Rabu, 11 Oktober 2023.
Sejatinya dunia ekonomi dan bisnis dipercaya menghasilkan daya dorong untuk menciptakan engagement dan memampukan seseorang membuat performa kerja secara maksimal.
Rerie, sapaan akrab Lestari, menilai bila mengikuti perkembangan saat ini dengan pengelolaan organisasi, baik pendidikan, korporasi, maupun lembaga pemerintahan perlu adanya kesinambungan dalam kemampuan kepemimpinan dan memimpin dengan hati.
Sebab, tanda kesuksesan seorang pemimpin itu dari lahirnya pemimpin baru yang mampu mengemban tugas dan tantangan di masa berikutnya.
Doktor bidang Ilmu Manajemen Universitas Pelita Harapan itu menilai perlu optimalisasi sumber daya agar organisasi memliki daya ungkit dan daya dorong yang menciptakan hubungan yang baik. Hal itu antara atasan dan bawahan dengan hasil akhir capaian yang merepresentasikan keinginan bersama.
Menurut legislator dari Dapil II Jawa Tengah itu dunia saat ini berhadapan dengan ketidakpastian akibat perang, perubahan teknologi, harga komoditas, dan energi.
Untuk menghadapi kondisi itu dunia bisnis perlu mengadopsi manajemen yang mampu melahirkan kepemimpin yang bekerja dengan hati. Selain itu, seorang pemimpin harus memiliki kualifikasi mumpuni.
Pemimpin perlu menghimpun para ahli yang bekerja dalam satu tim untuk menutup ketidaktahuan sang pemimpin, kemampuan adaptif dan kolaboratif dalam kerjasama tim.
Sebab, dalam organisasi yang dinamis passion menjadi kunci agar organisasi mampu berjalan menghadapi tantangan dan beradaptasi sehingga mampu bertahan.
Kemampuan bertahan suatu organisasi itu bisa melalui model pembelajaran dengan lima disiplin yang diperkenalkan Peter Senge, yaitu sistem berpikir (system thinking), penguasaan diri (personal mastery), model mental (mental model), pembelajaran berbasis kelompok (team learning), dan visi bersama (shared vision).
“Civitas academica sebagai agen pengetahuan dihadapkan pada tantangan dan tuntutan pilihan rasional atas optimalisasi waktu serta peningkatan kualitas sumber daya manusia, untuk melahirkan para calon pemimpin masa depan yang dapat menjalankan kepemimpinan dengan hati,” kata dia.
Effran Kurniawan