Jakarta (Lampost.co) — Sebanyak 558 orang tewas, termasuk 50 anak-anak dan 1.835 orang luka-luka akibat serangan Israel di sejumlah wilayah Lebanon. Sementara itu, Hizbullah merespon dengan menembakkan rentetan rudal ke pangkalan udara Israel ketika para pemimpin dunia dan PBB menyerukan deeskalasi yang mendesak.
Melansir Mediaindonesia.com, Selasa, 24 September 2024, Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan setidaknya enam orang tewas dan 15 lainnya luka-luka dalam serangan udara Israel yang menargetkan Ghobeiri, pinggiran selatan Beirut.
Jumlah korban awal diperkirakan akan bertambah seiring layanan darurat melanjutkan pekerjaan mereka di lokasi kejadian. Kantor Berita Nasional Libanon (NNA) mengatakan ada laporan mengenai beberapa orang yang terluka dalam serangan yang menargetkan gedung enam lantai di lingkungan Ghobeiri di Beirut selatan.
Baca juga: Israel Bombardir Lebanon, 492 Orang Tewas dan 1.600 Terluka
Petugas penyelamat berusaha mengevakuasi orang-orang yang terperangkap di dalam gedung tiga lantai yang rusak parah.
Sementara itu, Amerika Serikat pada Senin, 23 September 2024 mengumumkan pengiriman sejumlah kecil pasukan tambahan ke Timur Tengah.
AS memiliki sekitar 40 ribu tentara yang di tempatkan di kawasan tersebut. Juru bicara Departemen Pertahanan AS (Pentagon) Mayjen Patrick Ryder tidak menyebutkan jumlah pasukan baru yang akan dikirim.
“Mengingat ketegangan meningkat di Timur Tengah dan sebagai bentuk kewaspadaan, kami mengirimkan sejumlah kecil personel militer AS tambahan. Pasukan itu untuk memperkuat pasukan yang sudah ada di kawasan tersebut,” kata Ryder kepada wartawan, menurut berbagai laporan media. “Saya tidak akan berkomentar atau memberikan informasi secara spesifik,” katanya.