Kairo (Lampost.co)—Delegasi Hamas mengadakan perundingan gencatan senjata hari kedua dengan mediator Mesir dan Qatar di Kairo, Mesir, Minggu (5/5/2024).
Namun, sejauh ini belum ada kemajuan signifikan karena kelompok pejuang Palestina itu tetap mempertahankan tuntutannya. Perjanjian apa pun harus meliputi berakhirinya perang di Jalur Gaza.
Seorang pejabat Palestina, yang mengetahui proses mediasi, mengatakan delegasi Hamas tiba di Kairo dengan tekad mencapai kesepakatan “dengan menetapkan syarat tertentu”.
“Kesepakatan harus meliputi diakhirinya perang dan penarikan pasukan Israel dari Gaza. Hingga kini, Israel belum berkomitmen dan bersedia melakukannya,” kata pejabat yang meminta jurnalis tidak menyebutkan namanya, seperti kutipan dari laman voanews.
Israel menginginkan kesepakatan untuk membebaskan setidaknya beberapa dari sekitar 130 orang sandera Hamas. Namun seorang pejabat Israel mengisyaratkan pada Sabtu (4/5/2024) posisi intinya tidak berubah. Dia mengatakan Israel “dalam keadaan apa pun” tidak akan menyetujui kesepakatan mengakhiri perang di Gaza.
Israel tetap bertekad melucuti persenjataan Hamas dan menghancurkan kelompok tersebut untuk selamanya.
Pejabat Palestina lainnya mengatakan kepada Reuters perundingan di Kairo “menghadapi tantangan”. Sebab, pasukan pendudukan (Israel) menolak berkomitmen terhadap gencatan senjata yang komprehensif. Namun ia menambahkan delegasi Hamas masih berada di Kairo dengan harapan mediator dapat menekan Israel untuk mengubah posisinya.
Saat perundingan terbaru sedang berlangsung, warga dan pejabat kesehatan mengatakan pesawat dan tank Israel terus menggempur wilayah kantong Palestina sepanjang malam, yang menewaskan dan melukai sejumlah orang.
Perang di Gaza berawal setelah Hamas mengejutkan Israel dengan serangan lintas batas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 252 lainnya, menurut penghitungan Israel.
Lebih dari 34.600 warga Palestina tewas dan lebih dari 77.000 orang terluka dalam serangan balasan Israel, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Pengeboman tersebut telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza dan menyebabkan krisis kemanusiaan.