Jakarta (Lampost.co) — Sedikitnya 12 warga Palestina tewas dan sejumlah lain terluka setelah pengeboman pasukan Israel di suatu sekolah yang dijadikan tempat penampungan bagi para pengungsi. Badan Pertahanan Sipil Gaza mengatakan serangan itu terjadi di satu sekolah dalam kamp pengungsi Shati di Kota Gaza.
Sejak fajar, serangan Israel di Jalur Gaza telah menewaskan 27 warga Palestina, termasuk 19 orang di wilayah utara, tempat pengepungan militer Israel telah berlangsung selama lebih dari sebulan.
Petugas medis mengatakan sedikitnya 30 orang terluka dalam pengeboman di Sekolah Dasar Anak Laki-Laki Shati yang terkait dengan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
Baca juga: 5 Anggota Pasukan Perdamaian PBB Terluka akibat Serangan Israel
Israel awal pekan ini secara resmi menyampaikan kepada PBB tentang pemutusan hubungan dengan UNRWA.
Deir el-Balah di Gaza Tengah di laporkan bahwa pasukan Israel telah menargetkan rumah-rumah padat penduduk dan tempat perlindungan di Gaza utara selama berminggu-minggu.
“Tempat penampungan PBB dan sekolah saat ini merupakan satu-satunya tempat warga Palestina tinggal dan mencari perlindungan karena rumah mereka telah di bom,” kata koresponden Hind Khoudary dari Al Jazeera.
“Bagaimana orang di planet ini dapat bertahan hidup, tanpa makanan, tanpa air, tanpa obat-obatan, bantuan, dan juga pemboman dan penembakan yang terus-menerus? Orang-orang Palestina ini terjebak di bawah tembakan yang tak ada habisnya. Tembakan Israel dan artileri yang tak ada habisnya,” lanjutnya.
Genosida Israel
Genosida Israel di Gaza yang dimulai pada Oktober tahun lalu telah menewaskan sedikitnya 43.469 warga Palestina dan melukai 102.561 lainnya. Kebanyakan dari mereka ialah perempuan dan anak-anak.
Perang di Gaza dimulai segera setelah kelompok Palestina Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober 2023, menewaskan sedikitnya 1.139 orang, menurut penghitungan Al Jazeera berdasarkan statistik Israel.
Sementara itu, militer Israel pada Kamis mengeluarkan perintah evakuasi paksa untuk beberapa daerah di Gaza utara, yang di klaim oleh pejuang Palestina telah meluncurkan roket.
“Kami informasikan kepada Anda bahwa area yang di tentukan di anggap sebagai zona pertempuran berbahaya. Demi keselamatan Anda, segera bergerak ke selatan,” kata juru bicara militer Israel Avichay Adraee dalam suatu postingan di X.
Warga Palestina di wilayah utara telah beberapa kali di evakuasi secara paksa, sehingga menimbulkan perasaan terus-menerus mengungsi. Tentara Israel juga berulang kali menargetkan wilayah yang mereka sebut sebagai zona aman.
Tank-tank Israel maju ke Beit Lahia di Gaza utara ketika drone menyiarkan perintah evakuasi. Hal ini juga di sampaikan melalui media sosial dan melalui pesan teks di telepon warga.
Seorang warga mengatakan bahwa setelah pasukan Israel mengusir sebagian besar warga Palestina keluar dari Jabalia, mereka juga melakukan pengeboman di mana-mana, membunuh orang-orang di jalan dan dalam rumah mereka untuk memaksa semua orang keluar.
Pembersihan Etnis
Para pejabat Palestina mengatakan Israel melakukan pembersihan etnis terhadap warga Palestina. Dengan memblokir bantuan ke Jabalia, Beit Lahia, dan Beit Hanoon sejak pengepungan di Gaza utara di mulai bulan lalu.
Militer Israel mengeklaim bahwa mereka harus mengevakuasi Jabalia. Serta mulai Beit Lahia agar dapat melawan pejuang Hamas yang menurut klaim Israel, telah berkumpul kembali di sana.
Tentara juga menolak laporan bahwa mereka tidak mengizinkan bantuan dikirim ke wilayah kantong tersebut.
300 truk bantuan dari Uni Emirat Arab telah tiba di pelabuhan Ashdod. Akan melakukan pengiriman ke Gaza melalui penyeberangan Beit Hanoon (Erez) di utara. Serta penyeberangan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) di selatan.
Namun, badan-badan bantuan PBB telah berulang kali mengatakan jumlah bantuan yang masuk ke Gaza tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan warga Palestina yang, sebelum perang, menerima rata-rata 500 truk bantuan yang masuk setiap hari.