Doha (Lampost.co)—Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, mengatakan negosiasi mediasi penegakan gencatan senjata di Gaza telah mencapai tahap kritis.
Al Thani menyampaikan hal itu saat berbicara dengan rekannya Penjabat Menteri Luar Negeri Iran, Ali Bagheri Kani. Dia menekankan pentingnya menekan Israel untuk menghentikan genosida terhadap warga Palestina.
“Dalam percakapan telepon atas prakarsa Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, kami membahas perkembangan terkini mengenai kejahatan rezim Zionis di Gaza dan cara untuk menghentikannya,” kata Kani dalam sebuah pernyataan, Jumat (16/8/2024).
Kani mengatakan mereka membahas negosiasi yang sedang berlangsung di Doha. Tujuannya mencapai gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pertukaran sandera antara Israel dan Hamas.
“Al Thani merujuk pada pertemuan yang Qatar adakan mengenai perundingan gencatan senjata, menggambarkan hasil dari tahap pembicaraan ini sebagai hal yang krusial,” ucap pejabat Iran tersebut.
“Saya menekankan perlunya melanjutkan upaya praktis yang komprehensif dan langkah-langkah diplomatik untuk menghentikan genosida Zionis di Gaza,” ujarnya.
Pada Kamis pagi, pembicaraan penting kembali berlangsung di ibu kota Qatar, Doha. Tujuannya untuk mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas mengenai pertukaran sandera dan gencatan senjata di Gaza.
Negosiasi ini melibatkan Direktur CIA AS William Burns, Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, Kepala Intelijen Mesir Jenderal Abbas Kamel, dan Kepala Mossad Israel David Barnea.
Tolak Berpartisipasi
Hamas menolak berpartisipasi dalam pembicaraan tersebut dan menuntut Tel Aviv mematuhi kesepakatan yang dibuat pada Juli lalu. Yakni berdasarkan proposal yang didukung Presiden AS Joe Biden pada Mei yang awalnya diterima Hamas, menurut media Israel.
Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan pada Oktober lalu oleh kelompok perlawanan Palestina Hamas.
Sejak saat itu, serangan Israel yang terus berlanjut terhadap Jalur Gaza telah menewaskan hampir 40.000 warga Palestina.
Lebih dari 10 bulan dalam perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Mahkamah Internasional menuduh Israel melakukan genosida dan memerintahkannya untuk segera menghentikan operasi militer di kota selatan Rafah. Di tempat itu, lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum penyerbuan pada 6 Mei.
Sumber: Anadolu-OANA