Jakarta (Lampost.co) — Kondisi anak-anak di Jalur Gaza, Palestina, semakin mengenaskan dari hari ke hari. Soalnya, pasokan makanan, air, dan obat-obatan semakin minim dan diperburuk serangan Israel serta pembatasan ketat bantuan kemanusiaan.
Juru bicara UNICEF James Elder mengatakan itu pada Selasa (15/10). Ia mengatakan dalam konferensi pers di PBB Jenewa bahwa banyak anak-anak di Gaza telah beberapa kali mengungsi sejak perang berlangsung lebih dari setahun yang lalu.
“Setiap hari, kekurangannya semakin parah,” ujar Elder melansir Mediaindonesia.com, Rabu, 16 Oktober 2024. Ia menyoroti bahwa 85% dari Jalur Gaza berada di bawah perintah evakuasi dan dalam kondisi yang tak layak huni.
Baca juga: Israel Serang Tenda Penampungan, 3 Warga Palestina Terbakar dan 40 Lainnya Terluka
Dia juga menyoroti penurunan tajam dalam pengiriman bantuan kemanusiaan. Ini terutama pada Agustus yang mencatat jumlah bantuan terendah yang masuk ke Gaza sejak konflik dimulai.
Selain itu, baru-baru ini, tidak ada truk komersial yang mendapat izin memasuki Gaza, sehingga memperparah situasi yang sudah ada.
Elder memperingatkan, jika pembatasan terhadap bantuan tidak segera di cabut dan serangan tidak dihentikan, situasi anak-anak yang sudah parah ini hanya akan semakin memburuk.
“Setiap hari, kondisi bagi anak-anak semakin buruk dari hari sebelumnya. Ini akan terus berlanjut selama serangan berlangsung dan pembatasan bantuan kemanusiaan terus di perketat,” tambahnya.
“Sulit di bayangkan, tetapi besok akan lebih buruk bagi anak-anak daripada hari ini.”
Bawah Usia 5 Tahun
Save the Children International juga menggambarkan Wilayah Pendudukan Palestina (OPT) sebagai tempat paling mematikan di dunia bagi anak-anak saat ini.
“Setidaknya 3.100 anak-anak di bawah usia 5 tahun (balita) telah tewas di Gaza. Ribuan lain berisiko mengalami malanutrisi berat seiring dengan ancaman kelaparan yang semakin nyata,” katanya pada Selasa melalui X.
Israel terus melancarkan serangan brutal di Gaza setelah serangan lintas batas oleh kelompok Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Sejak serbuan itu, lebih dari 42.300 orang telah tewas, sebagian besar ialah perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 98.600 lain terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Serangan Israel telah menyebabkan hampir seluruh penduduk di Jalur Gaza menjadi pengungsi, di tengah blokade yang menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Upaya mediasi yang AS, Mesir, dan Qatar pimpin untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas telah gagal. Karena Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak untuk menghentikan perang. Israel juga menghadapi gugatan kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza.