Washington (Lampost.co) — Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump memilih loyalis dengan sedikit pengalaman untuk beberapa posisi penting di kabinet pada Rabu 13 November 2024. Pilihannya bahkan mengejutkan beberapa sekutu dan memperjelas bahwa ia serius merombak, bahkan menguji, lembaga-lembaga Amerika.
Pemilihan Trump terhadap anggota kongres Matt Gaetz, 42, sebagai Jaksa Agung AS, pejabat penegak hukum tertinggi Amerika, merupakan keputusan yang mengejutkan.
Mantan jaksa ini belum pernah bekerja di Departemen Kehakiman atau sebagai jaksa penuntut, dan sempat diselidiki oleh Departemen Kehakiman terkait dugaan perdagangan seks. Kantornya menyatakan pada tahun 2023 bahwa ia telah diberitahu oleh jaksa bahwa ia tidak akan menghadapi tuntutan pidana.
Baca juga: Ditunjuk Jadi Menlu AS, Rubio Siap Jalankan Agenda Trump
“Matt akan mengakhiri pemerintahan yang di persenjatai, melindungi perbatasan kita, membongkar organisasi kriminal, dan memulihkan kepercayaan serta keyakinan rakyat Amerika yang telah hancur terhadap Departemen Kehakiman,” kata Trump dalam pernyataan yang mengumumkan pemilihannya, seperti di kutip Channel News Asia, Kamis 14 November 2024.
Gaetz mengundurkan diri dari DPR pada hari Rabu “efektif segera”, kata Ketua DPR Mike Johnson kepada wartawan.
“Kami sedikit terkejut,” ujar Johnson, seraya menambahkan bahwa Gaetz mundur untuk memulai proses penunjukan pengganti di DPR yang di perkirakan akan terpecah secara ketat.”
Direktur Intelijen
Trump juga menunjuk Tulsi Gabbard sebagai Direktur Intelijen Nasional. Mantan anggota Kongres dari Partai Demokrat yang kini menjadi sekutu Trump ini sebelumnya pernah menyuarakan penentangan terhadap intervensi militer dalam perang saudara di Suriah di bawah mantan Presiden Barack Obama, serta menyiratkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin memiliki alasan yang sah untuk menginvasi Ukraina, sekutu Amerika Serikat.
“Saya yakin Tulsi akan membawa semangat tak kenal takut yang telah mewarnai karier gemilangnya ke komunitas intelijen kita, memperjuangkan hak-hak konstitusional kita, serta menjaga perdamaian melalui kekuatan,” kata Trump dalam pernyataannya.
Gabbard memiliki sedikit pengalaman langsung dengan pekerjaan intelijen. Ia tidak banyak di perkirakan akan di pilih untuk posisi yang mengawasi 18 lembaga mata-mata tersebut.
Dia di tempatkan di Irak dari 2004 hingga 2005 sebagai mayor di Garda Nasional Hawaii. Kini ia menjabat sebagai letnan kolonel di Pasukan Cadangan Angkatan Darat AS.
Pada hari Selasa, Trump memilih Pete Hegseth, komentator Fox News dan veteran, sebagai Menteri Pertahanan.
Hegseth telah menentang peran wanita dalam tugas tempur. Dan mempertanyakan apakah jenderal tertinggi Amerika di promosikan ke posisinya karena warna kulitnya. Dia juga melobi Trump selama masa jabatannya dari 2017 hingga 2021 untuk mengampuni prajurit yang di duga melakukan kejahatan perang.
Kontroversial
Di samping pilihan-pilihan personel tersebut, ada pula pilihan-pilihan yang lebih konvensional. Trump mengatakan pada hari Rabu bahwa ia akan mencalonkan Senator Marco Rubio. Yang merupakan garis keras terhadap Tiongkok, sebagai menteri luar negerinya yang baru.
Namun secara keseluruhan, pilihannya menandakan perubahan radikal dalam cara pemerintah AS menjalankan bisnisnya dan peran Amerika di dunia selama empat tahun ke depan.
Trump menyatakan ingin mengakhiri “persenjataan” Departemen Kehakiman, yang menurutnya telah mengajukan kasus bermotif politik untuk merugikan pencalonannya sebagai presiden. Departemen tersebut menyatakan bahwa mereka bertindak tanpa bias politik.