Jakarta (Lampost.co) — Diabetes Melitus menjadi penyakit kronis yang kejadiannya semakin meningkat di seluruh dunia. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun semakin banyak yang mengalami Diabetes Melitus. Berdasarkan penyebabnya, Diabetes Melitus (DM) dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM pada kehamilan (diabetes gestasional).
Melansir Rumah Sakit Pondok Indah, pada anak-anak, yang paling sering terjadi adalah DM tipe 1. Kondisi ini terjadi karena kekurangan insulin absolut dalam tubuh akibat rusaknya sel kelenjar pankreas oleh proses autoimun (suatu keadaan di mana sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan sehingga mengganggap sel tubuh/pankreas sebagai benda asing dan menghancurkannya).
Kerusakan pankreas yang terjadi umumnya baru menimbulkan gejala setelah mencapai 90 persen atau lebih. Masalah utama yang terjadi di Indonesia adalah kurangnya kesadaran dari masyarakat, bahkan tenaga kesehatan bahwa DM dapat terjadi pada anak, sehingga kasus DM pada anak sering terabaikan.
Baca juga: Pengobatan Diabetes Harus Dibarengi Pengobatan Komplikasi Lain
Penyebab Diabetes Melitus Tipe 1 pada anak
Ada dua faktor yang dapat menyebabkan DM tipe 1 pada seorang anak, yaitu:
Genetik
Kerusakan gen dalam tubuh anak. Kerentanan seorang anak untuk mengalami DM tipe 1 berhubungan dengan kerusakan gen.
Lingkungan
Faktor lingkungan berperan sebagai pencetus dimulainya kerusakan atau penghancuran sel pankreas. Faktor ini dapat berupa zat kimia atau infeksi virus, akan tetapi hingga saat ini belum diketahui dengan pasti. Proses ini biasanya terjadi berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sebelum timbulnya gejala.
Gejala Diabetes pada Anak
Gejala umum yang dialami seorang anak dengan DM tipe 1 sama seperti gejala DM pada orang dewasa, antara lain:
– Anak menjadi sering buang air kecil (terutama malam hari) atau mengompol
– Sering haus.
– Sering lapar.
– Berat badan berangsur turun.
– Kesemutan.
– Sering lemas.
– Luka yang sulit sembuh.
– Pandangan kabur
Tidak jarang anak baru diketahui menyandang DM tipe 1 pada kondisi yang sudah berat (KAD). Hal ini terjadi akibat tingginya kadar gula darah disertai kurangnya jumlah insulin tubuh, sehingga terbentuklah zat keton (bersifat asam) yang kemudian menjadi racun dalam darah.
Gejala yang muncul pada anak mengalami KAD adalah sesak napas, mual, muntah, sakit perut, atau pingsan. Kelalaian penanganan pada kondisi ini dapat menyebabkan kematian.
Menangani anak yang mengalami Diabetes
Setidaknya ada lima pilar dalam penanganan DM tipe 1 pada anak, berikut di antaranya:
-
Penyuntukan insulin
Penyuntikan insulin mutlak harus dilakukan karena dasar penyebab DM tipe 1 adalah tidak adanya insulin yang dihasilkan dalam tubuh. Satu-satunya cara pemberian insulin yang terbukti efektif hingga saat ini adalah melalui suntikan di bawah kulit.
Dosis insulin bersifat individual, yaitu menyesuaikan usia, berat badan, lama menderita, target kontrol glikemik, pola hidup, dan komorbiditas.
-
Pemantauan gula
Pemantauan gula darah mandiri dianjurkan untuk dilakukan setidaknya 4 kali dalam sehari, yaitu; di pagi hari saat bangun tidur, sesaat sebelum makan, 1,5-2 jam setelah makan, dan malam hari sebelum tidur.
Hal ini dilakukan guna memastikan dosis insulin yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tubuh anak.
-
Pengaturan makan
Pengaturan makan harus diperhatikan agar anak memperoleh nutrisi yang dibutuhkan untuk proses tumbuh kembang, sekaligus mencegah komplikasi dari penyakit DM tipe 1.
Prinsip asupan nutrisi yang baik terdiri atas 45-50 persen karbohidrat, 15-20 persen protein, dan kurang dari 35 persen lemak. Pasien dan keluarga harus memahami cara menyesuaikan dosis insulin berdasarkan konsumsi karbohidrat, sehingga si kecil lebih fleksibel dalam konsumsi karbohidrat.
-
Aktivitas fisik
Aktivitas fisik penting dilakukan untuk menjaga kebugaran tubuh anak, di samping juga menurunkan kebutuhan insulin serta meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin.
Rekomendasi aktivitas fisik pada anak dengan DM tipe 1 sama dengan populasi umum, yaitu aktivitas dengan durasi 60 menit setiap hari yang mencakup aktivitas aerobik dan penguatan otot serta tulang. Aktivitas aerobik sebaiknya dilakukan lebih sering, sementara penguatan otot dan tulang dilakukan paling tidak 3 kali per minggu.
-
Edukasi
Edukasi mengenai DM tipe 1 dapat diberikan oleh tim multidisiplin yang terdiri atas dokter spesialis anak subspesialis endokrin atau dokter umum terlatih, perawat atau edukator DM, dan dokter spesialis anak subspesialis nutrisi dan penyakit metabolik/dokter spesialis gizi klinik/ahli gizi.
Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan pemahaman pasien dan keluarga terkait penyakit yang dialami, serta meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang DM tipe 1 bagi masyarakat umum.
Anda juga dapat referensi berita atau artikel terkait kesehatan lainnya dengan membaca di website ididompu.org