Jakarta (Lampost.co) — Tren global kasus Covid-19 memang menunjukkan penurunan sejak Oktober 2024, namun, Indonesia justru mencatat lonjakan kasus baru pada Mei 2025. Data Kementerian Kesehatan RI mencatat sebanyak 151 kasus terkonfirmasi terjadi dalam periode 1 Januari hingga 10 Mei 2025, dengan peningkatan mencolok di minggu ke-19 sebanyak 13 kasus. Kasus tersebut tersebar di Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah.
Ahli paru dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr Erlina Burhan, menegaskan bahwa lonjakan kasus ini tidak boleh dianggap remeh. Meskipun tidak ada laporan kematian selama periode tersebut.
“Subvarian JN.1, yang saat ini kategori sebagai variant of interest oleh WHO, memiliki gejala ringan namun sangat menular. Masyarakat tetap perlu waspada, terutama bagi lansia dan anak-anak,” ujar Prof Erlina, 21 Mei 2025.
Baca Juga: Waspadai Flu Tulang, Bisa Menyebabkan Kelumpuhan
Ia menjelaskan bahwa gejala subvarian JN.1 mirip dengan varian Omicron, seperti demam tinggi, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, mata merah, mual, muntah, hingga gangguan konsentrasi (brain fog). Meski terlihat ringan, tingkat penularan yang tinggi dapat memicu lonjakan lebih besar jika tidak tertangani dengan serius.
Menurutnya, kelompok lansia masih mencatat tingkat kematian tertinggi, yakni 88,4 persen dari total kasus kematian selama pandemi. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk tidak mengabaikan gejala ringan, khususnya pada kelompok rentan.
Secara global, data WHO per 27 April 2025 menunjukkan penambahan 25.500 kasus baru Covid-19, dengan Brasil menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak (sekitar 7.000 kasus). Dan Amerika Serikat mencatat kematian tertinggi (sekitar 1.200 jiwa). Selama pekan ke-17 hingga ke-19, tercatat 18.241 kasus baru dan 282 kematian di dunia.
Sementara itu, Indonesia mencatat total kumulatif sebanyak 6.830.545 kasus sejak 2020 hingga minggu ke-19 2025, dengan jumlah kematian 162.066 jiwa, dan tingkat fatalitas kasus (CFR) sebesar 2,37 persen.
Prof Erlina mengimbau masyarakat agar tidak panik dengan varian Jn.1, tetapi tetap waspada dan disiplin menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Ia menyarankan masyarakat untuk rutin mencuci tangan dengan sabun, memakai masker saat sakit atau di keramaian. Serta menghindari menyentuh wajah tanpa mencuci tangan.
“Langkah dasar ini tetap sangat relevan. Jangan lupa vaksinasi booster, khususnya untuk lansia dan anak-anak,” tambahnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya memantau kondisi kesehatan dan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan bila mengalami gejala. Masyarakat juga diimbau untuk mencari informasi terkait varian baru dari sumber terpercaya agar tidak terpengaruh hoaks dan misinformasi.