Bandar Lampung (lampost.co)–Gigi berlubang tak terjadi dalam semalam. Kerusakan ini sering dimulai dari kebiasaan kecil yang kita anggap remeh. Bahkan, Anda mungkin tidak menyadari bahwa aktivitas harian yang terlihat normal ternyata berkontribusi besar dalam mempercepat proses pelubangan gigi.
Dokter gigi umum drg. Rizka Amelia, Sp.KGA, menjelaskan bahwa gaya hidup modern sangat berperan dalam kesehatan gigi. “Bukan hanya soal makan manis. Pola hidup kita, termasuk pola tidur dan pola makan, bisa jadi pemicu utama kerusakan gigi,” ujarnya.
Berikut lima kebiasaan sepele yang riskan menimbulkan gigi berlubang:
- Ngemil larut malam tanpa sikat gigi
Sisa makanan yang menempel di malam hari memberi waktu lebih lama bagi bakteri untuk mengikis enamel gigi. - Jarang minum air putih
Air putih berfungsi membersihkan mulut secara alami. Kekurangan cairan membuat bakteri lebih mudah berkembang. - Sikat gigi terburu-buru
Banyak orang menyikat gigi kurang dari satu menit. “Minimal dua menit, dua kali sehari,” kata drg. Rizka. - Minum minuman asam atau soda secara rutin
pH rendah pada minuman asam dapat mengikis lapisan pelindung gigi. - Mengunyah makanan hanya di satu sisi
Ini menyebabkan sisi lain tertutup plak karena jarang dibersihkan secara alami oleh gerakan mengunyah.
Ganti Sikat Gigi
Selain lima kebiasaan di atas, satu hal yang sering terlupakan adalah tidak mengganti sikat gigi secara rutin. Sikat gigi yang sudah usang tidak mampu membersihkan gigi dengan optimal. Idealnya, ganti sikat setiap tiga bulan atau ketika bulu sikat mulai mekar.
Tak kalah penting adalah memilih pasta gigi yang sesuai. Banyak orang tergiur dengan aroma atau iklan, padahal belum tentu cocok dengan kebutuhan giginya. “Untuk yang punya risiko karies tinggi, pilih pasta gigi dengan fluoride tinggi agar lebih protektif,” saran drg. Rizka.
Jika sudah terlanjur berlubang, jangan tunggu sakit. Segera periksakan ke dokter. Penambalan kecil jauh lebih murah dan mudah daripada perawatan saluran akar atau pencabutan. “Gigi bisa rusak diam-diam. Kalau sudah infeksi, penanganannya jadi jauh lebih kompleks,” ujarnya.