Jakarta (Lampost.co) – Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio (Hensa) mengingatkan masyarakat agar dapat menilai partai politik (parpol) mana yang seharusnya bertahan. Terutama setelah Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan untuk menghapus syarat ambang batas pencalonan presiden. Aturan dari 20 persen dan kini menjadi nol persen.
Kemudian Hensa menekankan. Partai politik yang layak bertahan adalah mereka yang berani mengajukan kader untuk Pilpres 2029 menyusul adanya syarat tersebut.
“Menurut saya, dengan keputusan MK nol persen untuk pencalonan presiden. Maka partai-partai politik yang layak kita pertahankan oleh masyarakat adalah memang partai politik yang berani mengajukan kadernya pada Pilpres 2029,” kata Hensa.
Selanjutnya Hensa pun mendorong partai-partai politik untuk mulai mengembangkan kader-kader terbaik mereka. Sejak saat ini dan memberikan investasi elektoral yang diperlukan.
Sebab, ia berpendapat, salah satu syarat calon presiden adalah harus memiliki investasi elektoral. Dan tidak semua tokoh pada partai politik memiliki tabungan elektoral tersebut.
“Mulai saat ini para parpol harus groom (menyiapkan) kader-kader terbaiknya dari sekarang. Berikanlah mereka investasi-investasi elektoral supaya 2029 nanti bisa jadi calon presiden yang bisa menantang Prabowo,” ujarnya.
Takut Kalah
Kemudian menurut Hensa, proses saling menantang dalam demokrasi, dalam hal ini kontestasi Pilpres. Ini adalah hal yang sehat dan wajar. Oleh karena itu, ia menilai, partai politik tidak boleh menjadikan ketakutan untuk kalah. Ini sebagai alasan untuk tidak mencalonkan kader mereka.
“Jangan sampai kemudian banyak partai politik yang tidak punya calon dengan alasan. Sebetulnya mereka punya kader tapi tidak berani saja mencalonkan diri kadernya. Mencalonkan kadernya karena takut kalah atau karena takut tidak kebagian kekuasaan,” ujar Hensa.
Lebih lanjut, Hensa menyuarakan bahwa partai politik perlu memiliki keberanian. Untuk mendorong kader-kader mereka sebagai calon pemimpin nasional.
Jika banyak partai tidak berani mencalonkan kadernya dengan alasan takut kalah atau tidak mendapatkan kekuasaan. Ia berpendapat bahwa keberadaan partai tersebut sebaiknya dievaluasi.
“Jadi partai politik harus berani mengkader, mempersiapkan kadernya untuk maju di peralatan Pilpres 2029. Itu baru partai politik yang berani. Kalau ada partai politik yang tidak berani, mendingan kita saja, masyarakat, rakyat. Karena partai politik juga mendapatkan bantuan keuangan negara,” ujar Hensa.
“Tapi kalau ternyata mereka tidak berani mendorong kader-kadernya sebagai calon pemimpin nasional. Lebih baik kita doain aja supaya partai politik itu bubar,” pungkas Hensa.