Bandar Lampung (Lampost.co) — Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung nomor urut 1 Arinal Djunaidi dan Sutono memaparkan visi misinya dari hasil debat kandidat pertama dalam segmen ekonomi.
Menurut data BPS 2023, Provinsi Lampung mempunyai sekitar 156.000 hektare lahan perkebunan kopi dari jumlah petani mencapai 300.000 orang dengan jumlah produksi kopi mencapai 180.000 ton. Sehingga menjadi produsen kopi robusta terbesar kedua se-Indonesia.
Dari hasil kajian tim Unila, rata-rata pendapatan petani kopi Lampung senilai Rp26 juta per tahun dan jauh dari pendapatan per kapita Lampung per tahun Rp48,2 juta.
Baca Juga:
Produksi dan Harga Kopi Dunia Terancam, Begini Kondisi di Indonesia
Guna meningkatkan kesejahteraan petani kopi Arinal memberikan pemaparan. Menurutnya tanaman kopi di Lampung tidak hanya robusta, melainkan arabica. Kopi di Lampung masih di tanam secara tradisional.
Arinal mempelajari tentang kopi dan menurutnya ada kekeliruan secara teknologi jika melihat dari negara Vietnam. Di Vietnam menurutnya luas lahan tanaman kopi sekitar 1×1,5 meter sedangkan Indonesia luasnya sekitar 4 meter dikalikan dengan sekian meter.
“Bayangkan habis lahan tapi tidak produktif, dan pohonnya selalu ditebang tidak satu. Tapi di Vietnam semakin banyak pohon semakin banyak ranting dan banyak buahnya. Tugas kita agar ini diterapkan di Lampung. Padahal 20 tahun lalu mereka belajar ke Lampung dan bertemu dengan saya,” ujar Arinal.
Arinal berharap upaya dari petani kopi di Vietnam juga terlaksana di Lampung dengan penerapan teknologi. Menurut Arinal, kopi Lampung juga banyak terletak di kawasan hutan.
“Kita harus keluarkan (kopi) dari kawasan hutan, karena kawasan hutan sakral hukumnya untuk kesediaan lingkungan dan ketersedian air. Dan ini sudah berhasil di Lampung Barat, sudah 400 ton per hektare,” kata Arinal.
Cawagub Nomor urut 1 Sutono menambahkan, penghasilan petani kopi rendah karena produktivitasnya kurang. Targetnya meningkatkan produktivitas tiap hektare.
“Pendamping petani kopi ke depan kita perkuat, harus bisa menghadapi budidaya kopi,” katanya.
Ekspor dari Lampung
Menanggapi pernyataan soal peningkatan pendapatan ekonomi petani kopi dari paslon 1. Paslon Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal dan Jihan Nurlela memberikan tanggapan.
Mirza menyebut sekitar 180.000 produksi kopi di Lampung, namun ekspor dari Lampung mencapai hampir 400.000 ton. Hal ini karena ada kopi dari Sumbagsel yang juga di ekspor dari Provinsi Lampung.
Menurut Mirza, dulu 50% eskportir kopi adalah warga Lampung. Namun saat ini warga Lampung yang menjadi eksportir hanya 10% dan sisanya merupakan Penanaman Modal Asing (PMA).
“Bukan hanya pendapatan petani saja yang berkurang tapi nilai tambah PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sudah tidak ada di Provinsi Lampung,” kata Mirza.
Untuk itu, intensifikasi harus kita lakukan agar pendapatan petani kopi meningkat. Namun Pemprov Lampung harus mengintervensi dan membuat regulasi yang bisa membuat 70% ekspor kopi nasional dari Lampung.
“Agar kita bisa kendalikan harga, kita ingin punya regulasi dan posisi tawar harga eskpor kopi kita, agar pemanfaatan PDRB kopi akan maksimal. Sehingga ekosistem bisnis bagus, dan nantinya bantuan ke petani kopi bisa pengusaha lakukan,” katanya.