Bandar Lampung (Lampost.co)– Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung tengah melakukan verifikasi dan pemutakhiran peta ketahanan dan pangan atau Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA).
Pemutakhiran tersebut mereka lakukan dalam rapat verifikasi data penyusunan, pemutakhiran, dan analisis peta ketahanan dan kerentanan pangan (FSVA) Kota Bandar Lampung, di Aula Semergou, Kamis, 24 Oktober 2024.
Pjs Wali Kota Bandar Lampung, Budhi Darmawan, menyatakan pemetaan data FSVA ini untuk mengetahui wilayah mana saja di Bandar Lampung yang mengalami kerentanan pangan.
“Kita bisa memetakan kelurahan yang ketahanan pangannya kurang, agar kita tahu mana kelurahan yang masih kurang. Agar bisa di intervensi supaya bisa lebih baik dan tidak rentan terhadap ketahanan pangan,” ungkapnya pasca membuka acaranya.
Hasil Analisis
Sementara itu, Kepala Dinas Pangan Kota Bandar Lampung, Ichwan Adji Wibowo, menyampaikan di tahun 2023 redapat 4 kelurahan yang berada di tiga kecamatan Bandar Lampung yang memyalami kerentanan pangan.
“Tahun kemarin ada empat kelurahan di wilayah Telukbetung Barat, Bumi Waras, Sukabumi,” ungkapnya.
Namun, data yang Adji sampaikan berbeda pada hasil analisis FSVA 2023. Hasil terssebut menunjukkan bahwa kelurahan rentan pangan hanya ada pada prioritas 3. Sebanyak 6 kelurahan (5%) dari 126 kelurahan Kota Bandar Lampung.
Kelurahan tersebut yakni Kelurahan Kelapa Tiga Permai, Kecamatan Tanjungkarang Barat. Kelurahan Srengsem Kecamatan Panjang, Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjung Karang Pusat. Lalu Kelurahan Rajabasa Jaya dan Rajabasa Raya di Kecamatan Rajabasa, dan Kelurahan Gunung Sari di Kecamatan Enggal.
Perlu kita ketahui juga skala prioritas Pemkot Bandar Lampung dalam FSVA terbagi menjadi 6 prioritas. Prioritas 1 hingga prioritas 6.
Prioritas 3 yang berada di 6 kelurahan menggambarkan wilayah dengan kerentanan pangan tinggi. Daerah-daerah ini membutuhkan peningkatan akses dan ketersediaan pangan.
Menurut Adji, ketahanan pangan menjadi fokus perhatian dinas terkait untuk berembuk solusi ketahanan pangan.
“Jangan bersandar pada ketahanan pangan saja tapi daya beli masyarakat, angka kemiskinan. Air bersih, kesehatan itu juga menjadi faktornya. Mudah-mudahan zero yang rawan di tahun ini,” ucapnya.