Bandar Lampung (Lampost.co): Pengamat Pendidikan Prof. Undang Rosidin menyarankan para guru di Lampung mengembangkan asesmen pembelajaran berbasis kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS).
Ia menyampaikan saran tersebut sebagai respons atas hasil Tes Kemampuan Akademik (TKA) yang menunjukkan capaian rendah, terutama pada mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris. Akademisi FKIP Universitas Lampung itu menilai rendahnya nilai TKA siswa muncul akibat ketidaksesuaian antara proses pembelajaran di sekolah dengan karakter soal TKA.
Prof. Undang menjelaskan bahwa pelaksanaan TKA menggunakan asesmen terstandar untuk mengukur penguasaan konsep inti. Ia menegaskan bahwa TKA juga menguji kemampuan berpikir tingkat tinggi atau HOTS pada sejumlah mata pelajaran tertentu.
“Guru harus membiasakan diri mengembangkan instrumen berbasis HOTS, terutama dalam implementasi asesmen for learning dan asesmen as learning secara holistik dan integratif dalam setiap pembelajaran,” jelasnya, Minggu, 28 Desember 2025.
Ia menilai langkah tersebut menjadi penting karena soal-soal TKA menitikberatkan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti verbal, numerik, logika, dan spasial. Sementara itu, proses pembelajaran yang diterima peserta didik masih berfokus pada level C1 atau hafalan.
Prof. Undang menyebutkan bahwa sebagian besar guru masih terbiasa menyajikan soal asesmen pada level C1 yang hanya mengandalkan hafalan atau ingatan. Kondisi tersebut berdampak langsung pada kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal TKA.
“Masih sedikit guru yang menyajikan soal asesmen berbasis C2 (pemahaman) dan C3 (penerapan), terlebih lagi C4, C5, dan C6 yang berada pada level Higher Order Thinking Skills (HOTS),” ujarnya.
Laman Kemendikdasmen
Laman resmi Kemendikdasmen mencatat sebanyak 108.600 peserta didik dari 1.439 sekolah mengikuti TKA mata pelajaran Matematika. Tes tersebut menghasilkan nilai rata-rata Matematika siswa di Lampung sebesar 34,63.
Sebanyak 50 persen siswa memperoleh nilai kategori kurang pada TKA Matematika. Sebanyak 33,5 persen siswa meraih nilai kategori memadai, 15,5 persen siswa mencatat nilai kategori baik, dan hanya 1 persen siswa mencapai nilai kategori istimewa.
Kondisi serupa juga muncul pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Sebanyak 108.541 siswa dari 1.439 sekolah mengikuti TKA Bahasa Inggris di Lampung. Tes tersebut mencatat nilai rata-rata Bahasa Inggris sebesar 22,43.
Dari seluruh peserta TKA Bahasa Inggris, sebanyak 39,8 persen siswa memperoleh nilai kategori kurang. Sebanyak 42,5 persen siswa mencatat nilai kategori memadai. Sebanyak 10,8 persen siswa meraih nilai kategori baik, sementara 6,8 persen siswa mencapai nilai kategori istimewa.
Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, siswa di Lampung mencatat nilai rata-rata sebesar 53,81. Sebanyak 108.648 siswa dari 1.439 sekolah mengikuti TKA mata pelajaran tersebut.
Adapun sebanyak 41,5 persen siswa mencatat nilai kategori baik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sebanyak 39,9 persen siswa meraih nilai kategori istimewa, sementara 15 persen siswa memperoleh nilai kategori memadai. Hanya 3,6 persen siswa mencatat nilai kategori kurang pada TKA Bahasa Indonesia.








