Gunung Sugih (Lampost.co) — Jalan penghubung antara kecamatan Lampung Tengah menuju Kabupaten Lampung Timur dan Tulang Bawang rusak parah. Pemudik terbiasa melintasi jalur ini sebagai
jalan alternatif lintas timur. Namun sayang,
jalan rusak parah.
.
Sejumlah titik sepanjang jalan, terpantau rusak parah dan penuh lubang. Apalagi bila musim penghujan datang. Kerap kali genangan air menutupi lubang jalan dan membahayakan pengguna jalan. Masyarakat yang melintas mengaku kuwatir terguling atau terjebak dalam lubang jalan yang tertutup air hujan.
.
Seperti pengakuan Komang, supir travel yang biasa melewati jalan dari Seputih Mataraman menuju Lampung Timur, menuju Bakauheni hingga Jakarta.
.
“Kalau dari Bandar Jaya sampai Seputih Mataramam memang jalannya sudah cor sampai batas pasar dan lapangan. Tetapi jalur yang menuju jalan lintas Sumatera Timur masih terdapat sejumlah titik rusak parah dan susah melintasinya,” keluhnya, Kamis, 21 Maret 24.
.
Ia menuturkan setiap kali melewati jalan penghubung antara kecamatan menuju beberapa kabupaten. Tepatnya wilayah kampung Darma, Wirata sampai dengan jalan tingkungan dekat Pasar Mandala. Pasti masyarakat mengeluhkan beberapa ruas jalan yang rusak parah. Sering terjadi kecelakaan akibat terperosok kelubang jalan yang tertutup air serta kondisinya licin paska habis hujan.
.
“Terparah ada beberapa titik ruas jalan Kampung Wirata hingga Pasar Mandala. Sering terjadi mobil truk terguling dan terperosok kelubang,” ujarnya.
.
Ia berharap musim mudik lebaran 2024 jalan penghubung tersebut seharusnya mulus. Pemerintah harus segera ada pembangunan atau perbaikan jalan. Hal itu agar masyarakat yang melintas nyaman dan tidak was akan terjadi kecelakaan.
.
“Mendekati perayaan idul fitri, pemerintah daerah maupun pusat harus segera perbaiki jalan. Agar masyarakat dapat melintas saat arus mudik dan arus balik,” katanya.
.
Merugikan
.
Herman warga Mataram Udik yang biasa melintasi jalinsum Bandar Mataram menuju Bandar Jaya. Mengaku sudah bertahun tahun jalan tersebut tidak pernah tersentuh pembangunan. Hal itu berdampak merugikan masyarakat akibat kendaraan cepat rusak jarak tempuh semakin lama.
.
“Sebagai pedagang saya merasa jalan rusak ini menghambat perjalanan. Dan biaya perawatan kendaraan semakin membengkak,” katanya.