Kotabumi (Lampost.co)—Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Kabupaten Lampung Utara menyoroti keberadaan kandang ayam di dekat permukiman warga. Khususnya di RT 14/RW 005, Kelurahan Kota Alam, Kecamatan Kotabumi Selatan.
Pasalnya, serangga lalat dari produksi ayam potong itu sampai ke rumah warga. Dan menghinggapi seluruh ruangan, tidak hanya dapur, tapi sampai ke ruang tamu dan kamar tidur Sehingga meresahkan masyarakat.
Sebab, kejadian itu telah berulang selama periode produksi yang berlangsung selama tiga bulan. Sampai dengan ayam potong dapat dipanen.
“Saya merasa prihatin, sebab apa? Masyarakatlah yang rugi,” kata Sekretaris GRIB Lampura, Defriwansyah Tajir, kepada Lampost.co di lingkungan tersebut, Minggu (20/10/2024).
Menurutnya, hal itu cukup meresahkan, karena dapat menjadi sumber penyakit di tengah pergantian musim saat ini. Dari kemarau ke musim hujan.
Selain itu, kuat dugaan ada prosedur atau aturan yang mereka abaikan. Sebab, berdasarkan informasi dia terima selama ini warga tidak pernah mendapat pemberitahuan akan adanya aktivitas pembesaran ayam setelah sebelumnya ada penutupan.
“Kami juga baru tahu, kalau sebelumnya sudah ada izin terbaru dengan tanda tangan beberapa oknum warga. Tapi itu saat ini sudah tidak berlaku,” ujarnya.
Sebab, kesepakatan secara sepihak tersebut tidak membahas apa yang saat ini menjadi keluhan. Selain itu, kesepakatan itu juga tidak melibatkan masyarakat luas. Karena hanya terjadi dengan beberapa gelintir orang, lalu meminta tanda tangan warga.
“Itu yang kami tanyakan, sejak awal tanda tangan dimintai kepada warga berjumlah 25 itu tanpa disertai kesepakatan. Lantas, ada satu item di antara kesepakatan itu terjadi, seperti banyak lalat. Sehingga gugur dengan sendirinya perjanjian yang diduga menjadi dasar usaha pembesaran ayam broiler tersebut,” ujarnya.
Jangan Perpanjang Izin
Pihaknya mengimbau pemerintah tidak memperpanjang izin usaha, khususnya kandang pembesaran ayam (kandang) yang merugikan masyarakat. Sebab, berdampak pada warga yang berada di radius sampai ratusan meter tersebut. Apalagi lokasi itu tidak jauh, hanya beberapa puluh meter dari permukiman warga.
Informasi yang Lampost.co kumpulkan di lapangan, beberapa hari belakangan masyarakat sibuk dengan banyaknya lalat hinggap ke permukiman warga. Sehingga meresahkan warga, karena dapat menjadi sumber penyakit.
“Apalagi, saya punya anak kecil baru berumur beberapa bulan Mas. Harus pakai kelambu terus, kalau tidak lalat mengerubungi anak saya,” timpal salah seorang warga, Dewi.
Mereka meminta penutupan kandang produksi, karena tidak memperhatikan kesehatan lingkungan. Dan selama ini segala kesepakatan tidak pernah menguntungkan masyarakat.
“Mereka maunya untung, tapi tidak pernah memikirkan lingkungan. Bagaimana usaha berjalan, kalau mereka merugikan kesehatan masyarakat sekitar. Bukan masalah kompensasi yang kami tanyakan, melainkan nasib warga ini mau dibawa ke mana,” ujar warga lainnya, Mariam (44).