Bandar Lampung (Lampost.co) – Idulfitri itu jalan menuju kesucian diri. Maka, tidak pada tempatnya jika hari raya tercemar oleh aktivitas kemewahan, dan kegiatan bersifat hura-hura. Hal itu akan menghadirkan kecemburuan sosial, terlebih lagi saat ekonomi negeri tidak baik-baik saja. Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, Prof. Sulthon Syahrir mengingatkan hal itu dalam khotbah Idulfitri.
“Jika Idulfitri dirayakan dengan kemewahan, maka upaya penyucian diri akan mengalami hambatan. Bahkan, ibadah puasa selama bulan ramadan bernilai formalitas, dan terkesan jadi aktivitas rutin keagamaan,” kata dia di lapangan parkir Masjid Alhuda, Beringin Jaya, Bandar Lampung, Rabu, 10 April 2024.
Adapun tema khutbahnya berjudul ‘Dengan Semangat Idulfitri Kita Tingkatkan Silaturrahim dan Kepekaan Sosial diantara Kita.
Kesucian dalam konteks idulfitri, lanjut Sulthon, pada hakikatnya gabungan dari tiga unsur yang sangat fundamental, yakni benar, baik, dan indah. “Orang beridulfitri selalu berusaha mencari sisi-sisi baik, benar, dan indah, kata Sulthon yang juga dosen luar biasa Universitas Islam Annur Lampung.
Lalu, kata dia lagi, mencari yang indah melahirkan seni, mencari yang baik menimbulkan etika moral yang baik pula. Terlebih lagi mencari yang benar menghasilkan ilmu pengetahuan menginspirasi umat muslim berlandaskan ajaran kebenaran yang datang dari Allah swt.
Dengan demikian, ujar Sulthon, pandangan seperti itu menutup mata terhadap kesalahan, kejelekan, dan keburukan orang lain. “Hikmah puasa mencari segi-segi positif yang menumbuhkan jiwa berbaik sangka terhadap orang lain. Ini sikap terpuji di dalam Islam yang mengikis karakter buruk. Misal, iri, dengki, hasut, dendam serta berbagai sifat yang tidak terpuji lainnya.”
Dalam penghujung khotbahnya, Prof. Sulthon mengatakan Idulfitri adalah momentum peningkatan kualitas diri, baik spritual maupun material. Dengan demikian, amal ibadah selama ramadan tidak menjadi sia-sia. ” Idulfitri sebagai titik awal dalam memperbaharui kefitrahan, menyegarkan kembali kedalaman relegius. Ini sarana membenahi kembali hubungan dan komunikasi terputus akibat salah paham, salah sangka, saling mencurigai dan lainnya,” kata Sulthon yang juga bertindak sebagai imam salat Idulfitri pada pagi itu.
Terima kasih
Sementara Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Alhuda, Iskandar Zulkarnain menyampaikan rasa syukur dan terima kasihnya yang mendalam atas terselenggaranya kegiatan ketakmiran selama ramadan, seperti pengajian usai salat tarawih dan salat subuh di akhir pekan.
Selain itu, ungkap dia, takmir menggelar kegiatan pesantren kilat untuk remaja dan anak, tadarusan, iktikaf, serta pengumpulan zakat infaq, sadaqah (ZIS). “Pada tahun ini, Masjid Alhuda membentuk lembaga secara permanen Unit Pengumpul Zakat (UPZ) dalam memfasilitasi umat Islam menyalurkan zakat, infaq, dan sadaqahnya dalam bentuk Qris. Hal ini untuk mempermudah melayani umat membayar ZIS,” kata Iskandar senior jurnalis Lampung Post.