Bandar Lampung (Lampost.co) — Bulan Kembar menarik perhatian netizen di seluruh dunia mulai tadi malam. Fenomena langka itu terjadi akibat asteroid kecil bernama 2024 PT5 yang tertangkap gravitasi Bumi sehingga menciptakan ilusi adanya bulan kedua.
Meski terlihat unik, para astronom menjelaskan hal itu bukan bulan kedua melainkan fenomena mini moon’.
1. Bukan Bulan Kedua
Fenomena yang terjadi mulai Minggu, 29 September 2024, dikenal sebagai ‘Bulan Kembar’ karena adanya asteroid yang tertangkap gravitasi Bumi. Namun, asteroid itu sebenarnya adalah ‘mini moon’ atau ‘bulan mini’, bukan bulan kedua.
2. Asteroid 2024 PT5 Mengorbit Bumi untuk Sementara
Asteroid 2024 PT5 berada dalam orbit Bumi mulai 29 September hingga 25 November 2024. Setelah itu, ia akan kembali ke orbit aslinya di sekitar Matahari. Peristiwa seperti itu terjadi ketika asteroid sementara waktu terjebak dalam gravitasi Bumi.
3. Berasal dari Sabuk Asteroid Arjuna
Asteroid itu merupakan bagian dari sabuk asteroid Arjuna yang terdiri dari objek-objek kecil yang orbitnya sangat mirip dengan Bumi. Carlos de la Fuente Marcos, seorang astronom, mengatakan asteroid dari sabuk itu sering mendekati Bumi.
4. Ukuran Asteroid Jauh Lebih Kecil dari Bulan
Asteroid 2024 PT5 hanya memiliki diameter sekitar 10 meter, sangat kecil dari diameter Bulan yang mencapai 3.473 kilometer. Ukurannya yang kecil membuat asteroid itu tidak dapat terlihat dengan mata telanjang.
5. Bukan Hal Baru
Meski terdengar luar biasa, fenomena asteroid yang tertangkap gravitasi Bumi itu bukan hal baru. Sebelumnya, sudah ada beberapa asteroid yang juga terperangkap sementara waktu dalam orbit Bumi, meskipun jarang ada pembahasan secara luas.
6. Tidak Berbahaya bagi Bumi
Menurut Thomas Djamaluddin dari BRIN, asteroid 2024 PT5 itu tidak berbahaya. Sebab, asteroid serupa pernah jatuh di perairan Bone, Sulawesi, pada 2009 tanpa menyebabkan kerusakan signifikan.
7. Tidak Bisa Terlihat Tanpa Alat Khusus
Sayangnya, fenomena ‘mini moon’ itu terlalu kecil dan redup untuk terlihat dengan mata telanjang. Pengamatan hanya bisa dengan teleskop canggih sehingga masyarakat umum tidak dapat menyaksikannya langsung.