Jakarta (Lampost.co) — Pasar mobil bekas di Indonesia sedang menghadapi masa paling berat dalam beberapa tahun terakhir. Meski industri otomotif nasional masih tumbuh, sektor mobil bekas justru terseret turunnya daya beli masyarakat dan ketatnya aturan kredit.
Ketua Asosiasi Mobil Bekas Indonesia (AMBI), Tjung Subianto, mengatakan permintaan mobil bekas sebenarnya masih ada. Namun, banyak calon pembeli gagal mendapatkan persetujuan dari lembaga pembiayaan.
“Permintaan tetap tinggi, tapi banyak yang akhirnya batal beli karena enggak lolos leasing,” ujar Tjung.
Kredit Seret Penghambat Utama Penjualan
Menurut Tjung, pembiayaan menjadi masalah paling krusial di tengah kondisi ekonomi yang belum stabil. Banyak konsumen kelas menengah ke bawah mengandalkan kredit untuk membeli mobil bekas. Namun kini, proses persetujuan kredit makin sulit.
“Leasing sekarang jauh lebih ketat. Data mereka menunjukkan peningkatan kredit macet, jadi banyak pengajuan yang ditolak,” ujarnya.
Ketatnya aturan itu membuat pelaku usaha mobil bekas kesulitan memutar stok kendaraan. Beberapa dealer bahkan menahan pembelian unit baru karena takut mobilnya tidak cepat laku.
Mobil Murah Tak Lagi Pilihan Aman
Hal mengejutkan datang dari segmen mobil murah di bawah Rp100 juta. Jika sebelumnya segmen itu selalu stabil saat ekonomi melambat, tahun itu justru ikut goyah.
“Mobil Rp100 juta ke bawah sekarang juga lesu. Masalahnya bukan karena mobil listrik, tapi ekonomi yang lagi seret,” kata Tjung.
Konsumen di segmen itu umumnya berasal dari kalangan pekerja urban. Namun, mereka justru menjadi kelompok paling terdampak akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) dan penurunan pendapatan. “Banyak yang kehilangan pekerjaan atau gajinya enggak tetap, jadi enggan ambil cicilan baru,” tambahnya.
Daerah Penghasil SDA Masih Tahan Banting
Meski kondisi pasar secara umum lesu, Tjung menegaskan tidak semua daerah mengalami penurunan serupa. Beberapa wilayah di luar Jawa dengan basis ekonomi tambang atau perkebunan justru menunjukkan stabilitas yang lebih baik.
“Kalau di daerah yang hasil buminya kuat, daya belinya masih aman. Tapi, di kota besar seperti Jakarta, semua kena imbas,” katanya.
Wilayah seperti Kalimantan dan Sumatera masih punya permintaan cukup stabil berkat aktivitas industri ekstraktif yang tetap berjalan.
Harapan Pedagang
Pelaku usaha mobil bekas berharap pemerintah dan lembaga pembiayaan memberikan kebijakan yang lebih longgar agar pasar kembali bergairah. Relaksasi kredit, seperti uang muka lebih ringan atau tenor lebih panjang, bisa menjadi solusi sementara.
Selain itu, peningkatan kepercayaan konsumen terhadap kondisi ekonomi juga menjadi kunci. Tanpa daya beli yang kuat, pasar mobil bekas sulit bangkit, meskipun stok melimpah dan harga sudah ditekan.
“Pasar itu butuh napas baru. Kalau kredit terbuka lagi, saya yakin penjualan bisa pulih pelan-pelan,” tutup Tjung.