Bandar Lampung (Lampost.co) — Budi Sutomo resmi menyandang gelar doktor Ilmu Lingkungan usai lulus Ujian Terbuka Promosi Doktor Ilmu Lingkungan di Aula Pascasarjana, Universitas Lampung, Selasa, 12 Agustus 2025. Dalam sidang promosi itu, Budi Sutomo mendapatkan predikat sangat memuaskan dengan skor 91,57.
Sementara promosi doktor tersebut dipimpin Promotor Prof. Suharso, Ph.D., dengan Co-Promotor 1 Prof. Dr. Ayi Ahadiat dan Co-Promotor 2 Prof. Dr. Anna Gustina Zainal. Kemudian bertindak sebagai Ketua Penguji adalah Prof. Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono dengan Penguji Internal Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, serta Penguji Eksternal Dr. Anang Risgiyanto.
Kemudian dalam disertasinya berjudul “Model Penerapan Ekonomi Sirkular Pengelolaan Sampah dalam Pembangunan Berkelanjutan Masyarakat pada Kawasan Rawa Pitu di Tulang Bawang-Lampung”. Budi mengungkapkan, penerapan konsep ekonomi sirkular pada kawasan transmigrasi Rawa Pitu dapat memberikan nilai ekonomi signifikan.
Keuntungan Rp174 Juta
Selanjutnya berdasarkan analisis lapangan pada sembilan desa Kecamatan Rawa Pitu, pengelolaan sampah plastik dan organik berpotensi menghasilkan keuntungan hingga Rp174 juta per tahun. Menurut Budi, sistem pengelolaan sampah saat ini masih didominasi pembakaran, penguburan, atau pembuangan langsung ke badan air.
“Praktik ini sudah tidak relevan dengan tuntutan zaman. Kita perlu beralih dari pola ambil-pakai-buang menuju pola gunakan-kembali-daur-ulang,” tegasnya.
Kemudian ia menambahkan, rendahnya kesadaran masyarakat terpengaruhi keterbatasan fasilitas, kurangnya edukasi, dan lemahnya dukungan kebijakan. “Tanpa dukungan infrastruktur yang memadai, edukasi berkelanjutan, dan kebijakan yang berpihak, kesadaran masyarakat akan sulit tumbuh,” ujarnya.
Selanjutnya model yang ia tawarkan mengintegrasikan peran pemerintah desa, sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan warga. Terlebih dalam penerapan prinsip reduce, reuse, recycle (3R).
Kemudian Budi menekankan, pendekatan ini bukan sekadar mengelola sampah, tetapi menciptakan nilai tambah bagi perekonomian lokal. “Dengan pendekatan ekonomi sirkular, sampah bisa menjadi sumber penghidupan, membuka lapangan kerja, dan memperkuat ketahanan ekonomi desa,” katanya.
Lalu Budi juga menegaskan relevansi penelitiannya dengan agenda sustainable development goals (SDGs). “Ekonomi sirkular adalah jalan untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi, kelestarian lingkungan, dan kesejahteraan sosial. Rawa Pitu bisa menjadi contoh nasional jika kita mau bergerak bersama,” katanya.