Krui (Lampost.co)–Harga kopi di tingkat petani di Pesisir Barat mulai membaik. Namun, Dinas Pertanian setempat mencatat produksi buah kopi menurunan dari tahun sebelumnya.
Kepala Bidang (Kabid) Perkebunan Pesisir Barat Zulpikardo, Rabu, 18 September 2024, mengatakan pada tahun 2023 produksi buah Kopi mencapai 2.906 ton. Sementara di tahun 2024 pada triwulan kedua baru mencapai 1.335 ton.
“Luas lahan tenaman Kopi mencapai 5.400 hektare. Ada penurunan produksi hampir separuh, tapi masih di triwulan kedua tahun 2024,” katanya.
Baca Juga: Tingkatkan Budi Daya dan Produksi kopi, Tiap Kecamatan akan Miliki Demplot
Penurunan jumlah produksi buah Kopi karena faktor iklim yaitu kemarau panjang pada Juli lalu.
“Tapi sekarang sudah mulai turun hujan, sehingga mulai mormal kembali,” katanya.
Penyebab lainnya karena saat ini para petani masih melakukan peremajaan tanaman kopi melalui stek pohon Kopi. Hal ini berpengaruh pada penurunan produksi kopi.
“Sekarang petani lagi rehab kopi yaitu pembuatan stek,” katanya.
Zulpikardo menambahkan saat ini Dinas Pertanian masih terus melakukan penyuluhan kepada para petani untuk meningkatkan produksi Kopi. “Harga Kopi di sini masih cukup tinggi sekitar Rp60 ribu per kilogramnya,” ujarnya.
Jaga Kualitas
Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Lampung menilai peningkatan harga kopi akibat faktor suplai dan demand.
Koordinator Wakil Ketua Umum Bidang Perekonomian Kadin Lampung, Romi Junanto Utama, mengatakan peningkatan permintaan kopi dunia mengerek kenaikan harga komoditas tersebut secara global.
Harga kopi di tingkat global menyentuh angka Rp80 ribu per kilogram pada tahun 2024. Nilai tersebut meningkat dari sebelumnya di harga Rp40–50 ribu per kg pada tahun 2023.
Provinsi Lampung mencatatkan jumlah produksi kopi pada tahun 2023 sebanyak 108,1 ribu ton. Angka produksi ini menurun bila di bandingkan dengan tahun 2022 yang mencapai 124 ribu ton.
Komoditas kopi asal Lampung sebagian besar di ekspor untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional. Di antaranya menyasar wilayah Eropa, Jepang, dan Amerika.
“Jumlah produksi yang besar itu sebetulnya tidak memenuhi permintaan pasar domestik. Sebab petani cenderung pilih menjual ke pasar ekspor karena memang lebih menguntungkan,” katanya.
Romi menuturkan produktivitas kopi Lampung berada di atas nasional, yaitu sebesar 1,1 Ton per hektare. Tingginya produktivitas tersebut di dukung adanya implementasi teknologi penanaman sambung pucuk.
“Tapi kita harap produktivitas tetap terus ditingkatkan. Karena di Vietnam bahkan bisa mencapai 4 ton per hektare,” ungkapnya.