Bandar Lampung (Lampost.co) — Untuk menjadikan petani Lampung mampu berdaya saing dengan pasar luar. Perlu adanya diversifikasi agar para petani Lampung bisa menjadi mandiri dan mampu ciptakan suatu produk yang terjual dengan harga yang sebanding.
Hal tersebut tersampaikan oleh Pengamat Pertanian Universitas Lampung, Teguh Endaryanto. Ia mengatakan Provinsi Lampung adalah salah satu dari sejumlah provinsi yang bisa kembangkan kemajuan pertanian melalui modernisasi.
“Upaya Pemprov Lampung jadikan provinsi ini swasembada pangan sama dengan apa yang tersampaikan dengan Presiden. Harapannya bisa swasembada pangan. Lampung ada kemampuan mandiri secara pangan,” katanya, Rabu, 21 Mei 2025.
Memang, Provinsi Lampung dalam soal tanaman pangan unggul dalam sektor padi. Hal tersebut sejalan dengan Gubernur Lampung yang mendorong peningkatan produksi padi. Namun pada sisi lain ada sejumlah sektor pertanian lain yang bisa jadi alternatif seperti jagung dan ubi kayu.
“Langkah pertama yakni peta wilayah harus menguasai, mana sentra tanaman pangan seperti padi, jagung, ubi kayu harus ada ketentuannya. Tapi saya yakin Pemprov Lampung paham akan memetakan hal tersebut,” katanya.
Kemudian saat ini yang masih jadi persoalan sektor pertanian adalah tentang produktivitas, yang memang masih perlu peningkatan. Harus ada solusi dengan luas lahan yang relatif tetap tapi produktivitas nya bisa tinggi.
“Sinergi dan integrasi dari aspek budidaya mulai dari benih padi, benih jagung, produksi, ketersediaan yang cukup. Sehingga bisa mendorong produktivitas yang seimbang,” katanya.
Sinergi dan Integrasi
Lalu kendati upaya tingkatkan sinergi dan integrasi. Semua akan semakin kuat bila pemerintah bisa dan mau membantu petani untuk upgrade dengan diversifikasi. Sehingga petani bisa mandiri tentukan mekanisasi penanaman, panen, pengolahan lahan yang memang harus terdorong sarana dan prasarana nya.
“Petani terus upgrade dari segi kemampuan, konteks budidaya dan kelembagaan juga perlu ada peningkatan. Sehingga petani bisa ambil langkah bisa satu komoditi tidak sedang baik harganya,” jelasnya.
Misal ubi kayu singkong, kan sekarang sedang bingung tentukan harga. Petani bisa alih komoditi untuk bisa tetap mendapatkan pemasukan. Atau lebih baik lagi petani mau kreatif ciptakan produk olahan agar tak hanya bahan mentah yang terperoleh.
“Misal singkong bisa jadi tepung mocaf, tidak melulu aci atau tapioka. Tapi ini juga perlu peran pemerintah untuk carikan solusi pasarnya. Sehingga petani yang mau mandiri ciptakan produk bisa leluasa menjualnya karena ada buyer atau pembeli,” katanya.
Kemudian harapannya, swasembada pangan bukan sekedar jargon. Tapi manfaatkan lini yang baik dan berpotensi serta dukungan pemerintah sangat berperan dalam hal tersebut.
“Pemerintah memang punya pekerjaan rumah banyak jika ingin swasembada pangan terwujud. Dan pastinya semangat petani juga butuh untuk menciptakan ekosistem yang maju serta berdaya saing,” tutupnya