Bandar Lampung (Lampost.co) — Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) kembali menangani kasus kembar siam. Para dokter spesial mengambil penanganan darurat terhadap bayi asal Pesawaran itu.
Wakil Direktur Keperawatan, Pelayanan, dan Penunjang Medik RSUDAM, Imam Ghozali, mengatakan bayi kembar siam masuk sebagai pasien dengan keluhan awal gangguan pernapasan.
Kemudian tim dokter melakukan pemeriksaan lanjutan dan menemukan permasalahan pada sistem metabolisme. Kondisi itu mengharuskan tindakan mendesak karena bayi tersebut tidak memiliki anus.
“Perlu tindakan mendesak, tidak bisa menunda karena sudah tiga hari tidak buang air besar. Hal itu membuat hasil metabolisme (mekonium) menumpuk,” ujar Imam, Jumat, 12 April 2024.
Tindakan pembedahan perut bagian samping dilakukan sebagai saluran keluar sementara mekonium agar tidak menimbulkan infeksi. Pihaknya berencana akan melakukan operasi tahap kedua.
BACA JUGA: Tangis Bahagia Iringi Keberhasilan Pemisahan Si Kembar Siam
Tindakan itu untuk pembuatan anus permanen bila bayi dalam kondisi kesehatan yang stabil dan memenuhi persyaratan berat badan minimal.
“Kami lakukan life saving dengan membuka perut samping supaya (mekonium) keluar lewat situ. Rencananya nanti setelah berat badannya mencapai sekitar 5 kg ada operasi anus permanen,” kata dia.
Dia menilai kondisi bayi kembar siam itu saat ini dalam keadaan stabil dengan reflek positif usai penanganan darurat tim RSUDAM. “Memang masih butuh support oksigen, tapi refleknya bagus, menangis juga kuat,” kata dia.
Penanganan kasus itu turut menjadi atensi Pemerintah Provinsi Lampung. Keberadaan RSUDAM sebagai rumah sakit tipe A diharapkan mampu menunjang penanganan kasus tersebut.
Untuk itu, pihaknya akan berusaha maksimal dalam memberikan penanganan kepada pasien dengan segala fasilitas penunjang dan tenaga kesehatan di RSUDAM.
“Alhamdulillah, kami punya tim Perinatologi (spesialis janin-bayi sejak umur kehamilan 20 minggu–28 hari setelah lahir) yang teruji. Kami sebelumnya juga pernah melakukan pemisahan bayi kembar siam,” kata dia.
Operasi Pemisahan
Sementara orang tua bayi, Erwin (25), mengatakan gangguan kesehatan pada bayinya mulai tampak saat janin berusia lima bulan dalam kandungan.
Untuk itu, ia dan istrinya melakukan kontrol kesehatan rutin di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta hingga kelahiran di Rumah Sakit Pelni Jakarta pada 28 Maret 2024.
Selanjutnya, pihak keluarga memutuskan untuk membawa bayi pulang ke Lampung dan masuk ke RSUDAM pada 31 Maret 2024. Kemudian mendapat penanganan operasi pembuatan kolostomi abdomen di sebelah kiri pada 4 April 2024.
Dia berharap kedua anaknya mendapat penanganan terbaik dan dapat segera pulang ke Pesawaran.
“Semoga bisa cepat membaik setelah operasi pembuatan anus permanen. Tapi, kalau pemisahan kembar siam kondisinya tidak memungkinkan. Jadi cukup operasi anus dan semoga cepat bisa sehat lalu pulang,” kata dia.
Erwin yang sebagai buruh dari Jakarta itu berharap pemerintah memberikan dukungan bagi pengobatan bayinya.
“Sementara ini pakai BPJS. Saya harap pemerintah dan swasta memberi bantuan,” kata dia.