Bandar Lampung (Lampost.co) — Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Makarim, memutuskan untuk mengganti seragam sekolah baru pada 2024 ini.
Aturan itu tertuang dalam Permendikbudristek Nomor 50 Tahun 2022. Di dalamnya ada dua jenis seragam yang wajib berubah, yakni pakaian nasional dan pramuka. Selain keduanya, sekolah dapat mengatur seragam siswa sesuai ciri khas sekolah.
Sedangkan, aturan penggunaan pakaian adat lengkap atau dengan modifikasi dapat sesuai kewenangan Pemerintah Daerah (Pemda).
Aturan baru itu diklaim untuk kesetaraan tanpa memandang latar belakang sosial ekonomi. Kemudian dapat meningkatkan disiplin, menumbuhkan tanggung jawab, nasionalisme, kebersamaan, dan persatuan siswa.
Menanggapi aturan itu, Pengamat Pendidikan Universitas Lampung (Unila), M Thoha B Sampurna Jaya, menilai penerapan seragam baru bukan prioritas utama yang perlu pendidikan Indonesia terapkan.
BACA JUGA: 79 Persen Pendaftar SNBP Unila Berasal dari Lampung, Berikut 10 Sekolah Paling Banyak Diterima
Apalagi memasukkan unsur adat dan kebudayaan pada seragam sekolah bukan hanya suatu kebijakan yang bersifat sekunder dan opsional. Namun, justru berpotensi menambah beban biaya bagi para orang tua.
“Itu bisa menjadi beban bagi para orang tua karena dengan pakaian adat itu orang tua harus mengeluarkan biaya lebih. Sekolah bisa saja memakai baju adat, tetapi lebih tepatnya hanya untuk hari-hari besar saja,” ujar Thoha, kepada Lampost.co, Senin, 15 April 2024.
Menurut dia, manfaat dan daya guna suatu kebijakan sangat tergantung terhadap sikap masyarakat sendiri. Sehingga, untuk menanamkan nilai budaya dan nasionalisme pada generasi muda lebih efektif melalui hal yang bersifat primer, yakni kurikulum pembelajaran.
Sebab, masing-masing daerah saat ini menerapkan mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah. Hal itu harus bisa para tenaga pendidik maksimalkan dengan memasukkan pemahaman siswa tentang potensi adat, bahasa, dan kearifan lokal dari masing-masing daerah.
“Itu bisa karena guru bisa mengaitkan potensi budaya lokal kepada generasi-generasi muda sekarang. Tapi, kalau memakai baju adat itu hanya tempelan saja,” kata dia.