Jakarta (Lampost.co) — Indonesia bersama sejumlah negara lain melakukan aksi walk out atau keluar ruangan saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpidato di ruang pleno Sidang Majelis Umum (SMU) PBB di New York, Amerika Serikat (AS). Aksi ini rupanya sudah direncanakan sejak awal, menurut keterangan juru bicara Kementerian Luar Negeri RI Roy Soemirat.
“Dan memang sudah ada koordinasi antara negara-negara sehaluan bahwa kursi dari negara-negara yang sehaluan itu memang akan dikosongkan pada saat PM israel berbicara,” ucap Roy dalam pesan singkat, mengutip Medcom.id, Sabtu, 28 September 2024.
Ia menambahkan, saat itu yang hadir di ruang pleno juga bukan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. “Ibu (Menlu) sejak pagi ada meeting lain dan memang tidak dijadwalkan ada di ruang pleno majelis umum. Banyak delegasi yang walk out termasuk Indonesia. Jadi memang ruangan jadi kosong,” kata dia.
Baca juga: Palestina Minta AS Berhenti Kirim Senjata untuk Israel
Menurut Roy, sebenarnya tidak penting siapa yang duduk di meja delegasi. Namun, walk out tersebut dengan jelas menunjukkan sikap dan posisi Indonesia terhadap isu Palestina. “Yang duduk di meja Indonesia terus kosong itu adalah para pejabat Kementerian Luar Negeri RI dari Jakarta dan Perwakilan Tetap RI untuk PBB di New York,” lanjutnya.
Solusi Dua Negara
Delegasi Indonesia di bawah kepemimpinan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi terus membawa isu Palestina di semua pertemuan di Sidang Majelis Umum PBB.
Menlu Retno bahkan mengikuti pertemuan membahas solusi dua negara dan situasi di Gaza pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Menlu mendesak pengimplementasian solusi dua negara segera.
“Saya akan terus terang. Pertama, pengakuan terhadap negara Palestina sangat penting. Kenapa ini penting, karena memberikan harapan kepada rakyat Palestina,” ujar Menlu Retno pada pertemuan ‘The Situation in Gaza and the Implementation of the Two-State Solution as a Path to a Just and Comprehensive Peace’ di New York, 26 September 2024.
“Ini memberikan harapan untuk mencapai pembentukan solusi dua negara. Dan yang paling penting ini menjadi satu-satunya cara menekan Israel secara politik. Guna menghentikan segala bentuk kejahatannya,” imbuh Menlu Retno mengutp dari tayangan UNTV.
Tetapi Menlu Retno mempertanyakan sikap beberapa rekan yang mengatakan akan mengakui Palestina pada saat yang tepat, kapan waktu yang tepat itu? “Untuk saya, waktu yang tepat adalah sekarang!” tegas Menlu.
Menlu menambahkan, kita tidak mau menunggu sampai semua rakyat Palestina kehilangan tempat tinggalnya, sampai ratusan ribu jiwa akan terbunuh jika kita menunggu waktu yang tepat.
Selain Indonesia, ada juga delegasi Turki, Olnegara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Lalu negara Gerakan Non-Blok (GNB) dan lainnya, yang melakukan walk out saat Netanyahu berpidato.