Gaza (Lampost.co)—Militer Israel mengatakan salah satu dalang serangan 7 Oktober 2023, yang juga Kepala Militer Hamas, Mohammed Deif, tewas dalam serangan mereka di Gaza Selatan, Juli lalu.
Klaim kematian Deif muncul sehari setelah pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di ibu kota Iran, Teheran.
Seorang pejabat militer Israel mengatakan kepada CNN bahwa mereka menerima laporan intelijen terbaru yang meyakinkan mereka yang mengonfirmasi Deif tewas setelah melakukan serangan di Khan Younis hampir tiga pekan. Pejabat itu menolak menyebutkan sifat intelijen itu.
Tidak ada pernyataan langsung dari Hamas. CNN telah menghubungi kelompok militan itu untuk memberikan komentar.
Sebuah pernyataan Pasukan Okupansi Israel (IOF) mengatakan mereka telah melakukan “serangan tepat sasaran” di sebuah kompleks tempat Deif dan komandan lainnya, Rafe Salama, tinggal. IOF mengumumkan kematian Salama bulan lalu.
Dalam beberapa pekan terakhir, pejabat Israel mengatakan mereka memiliki indikasi serangan mereka berhasil, tetapi mereka tidak dapat memastikan ia terbunuh hingga saat ini.
Serangan yang menargetkan Deif di Khan Younis bulan lalu menghantam zona kemanusiaan, menewaskan sedikitnya 90 warga Palestina. Rekaman dari kamp pengungsian Al-Mawasi menunjukkan mayat-mayat di jalan dan tenda-tenda yang hancur.
Arsitek Serangan
Sebagai sosok yang kuat, Deif menjadi salah satu arsitek serangan 7 Oktober 2023. Ia memimpin sayap bersenjata kelompok militan Palestina selama lebih dari dua dekade.
Israel telah berkali-kali menyatakan salah satu tujuan perang utamanya untuk melenyapkan Hamas di Gaza. Kematian Deif akan menjadikannya pejabat militer Hamas berpangkat tertinggi yang terbunuh di jalur tersebut sejak perang meletus.
Deif diperkirakan lahir pada tahun 1960-an di kamp pengungsi Khan Younis, salah satu dari sejumlah kamp semacam itu yang didirikan di Gaza pada akhir tahun 1940-an. Kamp tersebut untuk warga Palestina yang mengungsi dan ditolak kebebasannya untuk kembali ke rumah mereka oleh negara Israel yang baru dibentuk.
Lahir dengan nama Mohammad Diab Ibrahim al-Masri, ia kemudian terkenal sebagai “El Deif” atau “Tamu” karena kebiasaannya tinggal di rumah yang berbeda setiap malam selama puluhan tahun untuk menghindari pelacakan dan pembunuhan oleh Israel.
Deif berada di puncak daftar orang paling Israel cari selama puluhan tahun. Israel menganggapnya bertanggung jawab atas kematian puluhan warga negaranya. Baik Amerika Serikat maupun Uni Eropa memasukkannya ke daftar hitam teroris.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant memuji pengumuman tersebut. Dia menilai sebagai “tonggak penting dalam proses pembubaran Hamas sebagai otoritas militer dan pemerintahan di Gaza”.
Dalam sebuah pernyataan di X, Gallant menulis: “Operasi IOF dan ISA (Badan Keamanan Israel) tersebut berlangsung tepat dan profesional. Operasi ini mencerminkan fakta Hamas sedang terpecah belah dan teroris Hamas mungkin menyerah atau mereka akan kami singkirkan.”
“Lembaga pertahanan Israel akan mengejar teroris Hamas – baik perencana maupun pelaku pembantaian 07.10. Kami tidak akan berhenti sampai misi ini tercapai,” pungkas Gallant.