Jakarta (Lampost.co) – Israel tengah menyiapkan invasi dahsyat militer zionis ke pengungsian terakhir di sekitar Rafah, Jalur Gaza. Bunyi mesin meraung-raung dari pesawat nirawak, jet tempur dan tank baja, bergemuruh di sekeliling Rafah, Jalur Gaza. Sebab wilayah itu adalah pengungsian terakhir yang menampung 1,5 juta warga Palestina.
“Anda dapat mendengar suara drone Israel di Rafah, termasuk pesawat pengintai, terbang rendah melintasi kota. Sekitar 1,5 juta pengungsi Palestina bersiap menghadapi perluasan invasi darat di sini,” kata reporter media Qatar, Aljazeera, Hani Mahmoud, yang melaporkan dari Rafah, Senin, 22 April 2024.
Hani melanjutkan para pengungsi di Rafah tidak tahu ke mana harus pergi. Rafah telah menjadi tempat perlindungan terakhir bagi orang-orang di Rafah selama enam bulan terakhir.
Bahkan, selama 24 jam terakhir serangan Israel terhadap sejumlah rumah sipil menewaskan 24 orang, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak. Militer Israel terus menggempur wilayah lain di Gaza yang memusatkan serangan ke kamp-kamp pengungsi, fasilitas kesehatan, bangunan tempat tinggal, dan infrastruktur lain.
Baca juga: Israel Abaikan Permintaan AS untuk Tidak Serang Iran
Warga Palestina berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dengan bom dan ancaman kematian. Rafah merupakan daerah terakhir yang belum menjadi pendudukan Israel. Oleh sebab itu, militer Zionis segera menyerang secara masif ke wilayah itu. “Dalam beberapa hari mendatang, kami akan meningkatkan tekanan militer dan politik terhadap Hamas karena ini adalah satu-satunya cara untuk membebaskan sandera kami,” kata pernyataan militer Israel dalam sebuah pernyataan resmi.
Israel memperkirakan 129 tawanan masih berada di Gaza, termasuk 34 orang di antaranya telah tewas. Tentara Israel mengatakan setidaknya sebagian dari tawanan tersebut ditahan di Rafah selatan.
Tidak Proporsional
Pemerintah Irlandia mengatakan konflik antara Israel dan Hamas di Gaza tidak proporsional. Akibatnya, 2,5 juta warga Palestina di wilayah tersebut menderita bersamaan.
“Kami percaya bahwa respons itu sangat tidak proporsional. Dalam pandangan kami, hal itu merupakan pelanggaran hukum kemanusiaan dalam hal kehancuran Gaza. Tentu juga dalam hal pembunuhan anak-anak dan wanita, warga sipil, yang tidak bersalah,” kata Menteri Luar Negeri Irlandia Michael Martin, menjelang pertemuan dewan menteri luar negeri Uni Eropa (UE), Senin, 22 April 2024.
Dia melanjutkan Irlandia dan Spanyol akan menyerukan peninjauan kembali Perjanjian Asosiasi UE-Israel, sebuah perjanjian yang didasarkan pada hubungan perdagangan dengan Israel.
Ia juga mengatakan para menteri akan membahas usulan rencana perdamaian Gaza, pengakuan negara Palestina, dan masalah bantuan kemanusiaan.