Jakarta (Lampost.co) — Rusia membantah klaim Moldova bahwa pesawat nirawaknya berada di negara tersebut saat terjadinya serangan di Ukraina.
“Kami dengan tegas menolak serangan anti-Rusia yang tidak berdasar, sayangnya, telah menjadi hal yang biasa di Republik Moldova,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova dalam sebuah pernyataan.
Zakharova mengatakan bahwa tidak ada bukti yang diberikan oleh Moldova yang menunjukkan bahwa drone tersebut berasal dari Rusia atau diluncurkan dari Rusia sendiri.
Baca juga: Telepon Putin, Trump Minta Agar Tidak Tingkatkan Perang Ukraina
Zakharova berpendapat Moskow yakin bahwa bukti tersebut tidak akan pernah diberikan karena memang tidak ada bukti.
Pada hari Minggu, setidaknya dua orang terluka di wilayah Odesa di barat daya Ukraina akibat serangan drone Rusia pada malam hari.
Zakharova mengatakan Rusia tidak menggunakan drone di wilayah negara-negara yang berbatasan dengan Ukraina. Satu-satunya target Moskow adalah fasilitas militer Ukraina dan infrastrukturnya.
Dia lebih lanjut menuduh Kyiv bermaksud untuk memprovokasi Moldova agar sepenuhnya bergabung dalam aksi militer di pihak Ukraina dan Barat.
Zakharova selanjutnya menyerukan pihak berwenang Moldova untuk meninggalkan retorika anti-Rusia dan tidak menyerah pada provokasi semacam itu.
Pada hari Minggu, Kementerian Luar Negeri Moldova mengatakan dua drone Rusia terlihat di distrik Causeni dan Riscani di negara tersebut.
Mereka mengeklaim memiliki informasi yang jelas bahwa drone tersebut di luncurkan dari Rusia.
“Pelanggaran wilayah udara Republik Moldova adalah pelanggaran serius dan sikap tidak bersahabat dari Federasi Rusia. Kami menuntut penghentian segera peluncuran rudal tersebut,” kata kementerian dalam sebuah pernyataan, menyerukan Moskow untuk menghormati integritas wilayah Chisinau.
Sebelumnya pada hari yang sama, Angkatan Udara Ukraina mengklaim telah menjatuhkan 62 dari 145 drone yang di luncurkan Rusia semalam di beberapa wilayah di negara tersebut, termasuk ibu kota Kyiv.
Sepuluh drone yang di luncurkan oleh Moskow meninggalkan wilayah udara Ukraina menuju Moldova, Belarus dan Rusia sendiri.