Moskwa (Lampost.co)—Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengutuk keras pembunuhan kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh. Rusia menyebut peristiwa itu merusak prospek untuk mengakhiri konflik di Gaza.
“Kami mengutuk keras serangan ini, yang mengakibatkan kematian Bapak Haniyeh. Tindakan seperti itu merusak upaya membangun perdamaian di kawasan dan dapat secara signifikan mengganggu stabilitas situasi yang sudah tegang,” kata Peskov di Moskwa, Rabu (31/7/2024).
Dalam pernyataan terpisah, Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut serangan itu sebagai “pembunuhan politik”.
Dalam jumpa pers di Moskwa, Wakil Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Andrey Nastasyin, mengatakan serangan itu terjadi saat Haniyeh berada di Iran untuk pelantikan resmi Presiden Iran, Masoud Pezeshkian.
“Para dalang pembunuhan politik ini jelas menyadari dampak buruk yang dapat timbul dari tindakan ini bagi kawasan tersebut. Tidak ada keraguan lagi bahwa pembunuhan Ismail Haniyeh akan sangat mengganggu negosiasi tidak langsung yang sedang berlangsung antara Hamas dan Israel, yang fokus pada pembentukan kondisi gencatan senjata yang dapat diterima bersama di Jalur Gaza,” kata Nastasyin.
Ia lebih lanjut meminta semua pihak menahan diri. Tidak melakukan tindakan yang dapat memicu eskalasi kekerasan yang dramatis dan konflik bersenjata berskala besar di Timur Tengah.
Rabu pagi, Hamas mengumumkan Ismail Haniyeh tewas dalam serangan udara Israel di kediamannya di Teheran.
Televisi Pemerintah Iran mengonfirmasi kematian Haniyeh, dengan mengatakan penyelidikan sedang berlangsung. Hasilnya akan segera rilis.
Sementara itu, Israel belum membuat pernyataan resmi mengenai serangan udara terhadap kediaman Haniyeh di Teheran.
 
			 
    	 
                                








