Bandar Lampung (lampost.co)–Lebaran sangat identik dengan ketupat dan opor ayam. Keduanya menjadi hidangan khas Lebaran karena makna filosofisnya.
Ketupat melambangkan keseimbangan alam dan konsep kiblat papat limo pancer, bahwa manusia pada akhirnya kembali kepada Allah Swt.
Beras dalam ketupat melambangkan kemakmuran, sementara anyaman pembungkusnya mencerminkan perjalanan hidup yang penuh liku. Dalam bahasa Jawa, kupat berarti ngaku lepat atau mengakui kesalahan.
Opor ayam pun bermakna serupa. Santan (santen dalam bahasa Jawa) diartikan sebagai pangapunten atau permintaan maaf.
🌾 Makna Ketupat Lebaran
Ketupat, atau kupat dalam bahasa Jawa, bukan hanya makanan dari beras yang dibungkus janur (daun kelapa muda), tapi punya makna filosofis dan religius, antara lain:
-
Simbol Maaf dan Pengampunan
Dalam budaya Jawa, “kupat” berasal dari kata “ngaku lepat”, yang berarti “mengakui kesalahan”. Ketupat mencerminkan kerendahan hati seseorang untuk meminta maaf atas kesalahan selama ini. -
Bentuk Anyaman yang Rumit
Anyaman janur yang rumit melambangkan kesalahan dan dosa manusia yang saling bersilangan, namun ketika ketupat terbuka, isinya putih bersih. Melambangkan hati yang telah suci setelah berpuasa dan saling memaafkan. -
Simbol Kebersamaan
Ketupat biasanya dibuat bersama-sama oleh keluarga atau tetangga menjelang Lebaran. Ini menciptakan suasana gotong royong dan keakraban, mempererat tali silaturahmi.
🍗 Makna Opor Ayam Lebaran
Opor ayam adalah masakan ayam dalam kuah santan berbumbu rempah. Meski terlihat sederhana, hidangan ini juga punya makna yang kuat dalam konteks Lebaran:
-
Simbol Kehangatan dan Kasih Sayang
Opor ayam melambangkan kehangatan rumah dan cinta keluarga. Setelah sebulan menahan lapar dan emosi, Lebaran jadi momen untuk menikmati kehangatan itu bersama keluarga. -
Kelembutan dan Kedamaian
Rasanya yang gurih dan tidak terlalu pedas mencerminkan kedamaian hati, selaras dengan suasana Lebaran yang penuh maaf dan kasih. -
Tradisi Turun-temurun
Opor ayam adalah bagian dari warisan kuliner yang diturunkan dari generasi ke generasi. Menyajikannya saat Lebaran menjadi bentuk penghormatan pada tradisi dan leluhur.
Jadi, ketupat dan opor ayam saat Lebaran bukan sekadar makanan. Keduanya adalah simbol budaya, spiritualitas, dan nilai-nilai luhur yang memperkuat makna Idulfitri: kembali ke fitrah, saling memaafkan, dan mempererat hubungan antar sesama.
Karena maknanya yang mendalam, ketupat dan opor ayam menjadi simbol keistimewaan Lebaran.