Kalianda (Lampost.co)—Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dinas Nakkeswan) Kabupaten Lampung Selatan memiliki inovasi Gertak Berahi Spontan. Inovasi tersebut sebagai upaya pengembangan dan pelestarian sapi peranakan ongole (PO), pertahanan Lamsel sebagai wilayah sumber bibit sapi PO dan pelibatan kearifan lokal.
Demikian menurut Kepala Disnakkeswan Lampung Selatan, Rini Ariasih, Rabu (9/10/2024).
Rini Ariasih mengatakan salah satu potensi unggulan peternakan di Kabupaten Lampung Selatan adalah ternak sapi
potong peranakan ongole (PO). Sapi PO merupakan sumber daya genetik sapi potong lokal yang perlu perlindungan dan pelestarian berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No
2841/Kpts/LB.430/8/2012 tentang Penetapan Rumpun Sapi PO.
“Apalagi, Kabupaten Lampung Selatan telah menjadi wilayah sumber bibit (wilsumbit) sapi PO melalui Kepmentan No. 354/Kpts/PK.040/6/2015 tentang Penetapan Kabupaten Lamsel sebagai Wilayah Sumber Bibit Sapi Peranakan Ongole (PO). Sapi PO sebagai salah satu rumpun sapi lokal dan sebagai kekayaan sumber daya genetik ternak lokal Indonesia, harus dilindungi dan dilestarikan,” ujarnya.
Dia menjelaskan sapi PO ini mempunyai beberapa keunggulan, yakni memiliki keseragaman bentuk fisik, kemampuan adaptasi dengan baik pada keterbatasan lingkungan, ciri khas yang berbeda dengan rumpun sapi asli lokal lainnya, dan kemampuan reproduksi yang baik/laju beranak 70% serta tahan tehadap penyakit tropis dan parasit.
“Tapi, berdasarkan data lima tahun terakhir dari tahun 2019–2023, perkembangan proporsi populasi sapi PO daripada sapi jenis lainnya makin turun persentasenya dengan rata-rata penurunan 9,25% per tahun,” ujarnya.
Penurunan Populasi
Dia mengatakan penurunan ini karena angka cross breeding yang sangat tinggi. Apalagi, dengan statusnya yang sudah F2 dan F3. Bahkan, F4 sangat menurunkan status reproduksinya. Sehingga menyebabkan tingginya angka kawin berulang, susah bunting, dan gangguan reproduksi.
“Sapi cross breed mulai populer sejak pemberlakuan program Inseminasi Buatan (IB). Masifnya program IB menyebabkan masyarakat bebas dalam memilih bibit dari pejantan eksotik untuk mengawinkan dengan sapi betina peliharaannya. Tanpa disadari dengan munculnya banyak sapi cross breed timbul beberapa dampak atau masalah di peternakan rakyat,” katanya.
Dia menambahkan salah satu penyebab alasan tingginya permintaan cross breeding adalah lebih tingginya harga jual sapi hasil cross breed daripada sapi PO. Fenomena ini jika dibiarkan terus berlangung, akan sangat menyebabkan penurunan populasi karena makin besarnya jarak kelahiran (calving interval).
“Demikian pula dengan ketersediaan bibit sapi PO juga menurun, baik jumlah maupun kualitasnya. Keadaan ini harus segera mendapat penanganan dengan mengembalikan indukan sapi ke sapi lokal kita, yaitu sapi peranakan ongole (PO) yang memiliki keunggulan status reproduksi sangat baik,” ujarnya.
Inovasi Dinas
Dia menegaskan untuk menyikapi hal tersebut, perlu suatu langkah terobosan atau inovasi yang bertujuan meningkatkan populasi sapi PO, termasuk upaya penyediaan bibit sapi PO yang berstandardisasi, mengembalikan indukan sapi ke sapi lokal (sapi PO).
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Selatan menginisiasi dengan melaksanakan terobosan/inovasi yang bernama Gertak Berahi Spontan (Gerakan Penyerentakan
Berahi Sapi PO dan Inseminasi Buatan). Ini merupakan suatu proses untuk memicu berahi secara simultan dengan melakukan pemeriksaan dan pemberian hormon PGF2a pada sapi betina PO. Sehingga memudahkan proses perkawinan dengan inseminasi buatan.
“Gertak Berahi Spontan akan berlangsung secara bertahap di wilayah Kabupaten Lampung Selatan, terutama di kecamatan yang tinggi populasi sapi PO-nya. Untuk tahap awal telah berlangsung di Kecamatan Tanjungsari 100 ekor pada 30 September 2024. Kemudian, di Kecamatan Jatiagung 50 ekor pada 30 September 2024 dan di Kecamatan Merbaumataram pada 3 Oktober 2024,” katanya.