Bandar Lampung (Lampost.co) — Maraknya bunuh diri di Lampung disebabkan karena korban depresi. Psikolog Lampung menyebut orang terdekat sangat berperan penting memberikan dukungan untuk mencegah bunuh diri, Senin, 29 Juli 2024.
“Karena biasanya didominasi oleh depresi dan tidak punya tempat bercerita. Karena itu orang terdekat punya peran penting untuk memberikan dukungan support system,” kata Psikolog Lampung, Retno Riani.
Menurutnya, kemampuan empati inilah yang korban perlukan. Hal itu merupakan pertolongan pertama untuk mengurangi persoalan yang sedang korban alami. Menurutnya, bunuh diri merupakan fenomena gunung es.
Baca juga: Warga Mesuji Bunuh Diri Dimalam Takbiran Idulfitri
“Biasanya persoalannya banyak, antara lain depresi karena gangguan bipolar. Kemudian terhimpit utang, tidak mampu menyelesaikan konflik dengan baik sehingga mengambil jalan itu,” kata dia.
Ia menjelaskan, terdapat beberapa ciri-ciri orang yang mengalami depresi. Seperti, suka murung, tidak mau keluar kamar, dan tidak mau berkontak mata dengan orang lain. Lalu ada persoalan sensitif dan mudah menangis.
“Kemenkes mempunyai hotline service 119 bagi orang yang mengalami kejiwaannya terganggu. Bisa call, bisa chatting, kalau misalnya korban merasa ada sesuatu yang bermasalah bisa bercerita dan membuat lega,” kata dia.
8 Kali
Tercatat, selama kurun waktu sepekan terakhir sudah ada 8 kejadian bunuh diri atau percobaan bunuh diri yang ada di berbagai wilayah di Lampung.
Berikut beberapa data yang dihimpun Lampost.co selama sepekan terakhir:
- Pada Jumat, 19 Juli 2024, sekitar pukul 18.15 WIB. Seorang pria berinisial M (38) tewas gantung diri di dalam rumahnya di Desa Sidowaluyo, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan.
Korban diduga nekat mengakhiri hidupnya lantaran frustasi istrinya membawa kabur uang pinjaman KUR BRI sekitar Rp2 miliar.
- Pada Sabtu, 20 Juli 2024, warga Langkapura geger atas penemuan seorang pria inisial A (37) tewas gantung diri di dalam kandang ayam. Warga menduga peristiwa itu karena faktor ekonomi.
- Pada Minggu, 21 Juli 2024, sekitar pukul 09.00 WIB. Ajeng Tia (19) tewas gantung diri di rumah kontrakannya di Jaln Darussalam, Gang Ratu, Kelurahan Lamgkapura Baru, Kecamatan Langkapura, Bandar Lampung.
Jasad korban Ajeng pertama kali ditemukan oleh suaminya, lalu melapor ke tetangganya. Setelahnya, suami korban malah melarikan diri sehingga polisi melakukan autopsi dan penyelidikan untuk mengungkap motif peristiwa tersebut.
- Pada Senin, 22 Juli 2024, sekitar pukul 14.20 WIB. Seorang pria bernama Edwin (30) warga Kota Baru, Kecamatan Tanjungkarang Timur mencoba bunuh diri dengan menerobos palang pintu rel kereta api di Jalan Gajah Mada, Pahoman atau tepatnya di bawah flyover Pahoman.
Putus Tangan
Atas peristiwa itu, korban Edwin mengalami putus tangan sebelah kanan akibat tertemper kereta api yang melintas. Belum tahu penyebab korban mencoba bunuh diri.
- Pada Selasa, 23 Juli 2024, seorang pria bernama Prasetyo (34) warga Desa Surabaya Udik, Kecamtan Sukadana, Kabupaten Lampung Timur gantung diri di pohon sengon di areal perladangan karena diduga depresi dicerai istrinya.
- Lalu, seorang pria bernama Jumiati (42) warga Kecamtan Sekampung Udik, Lampung Timur gantung diri di rumahnya karena diduga depresi terlilit utang, Selasa, 23 Juli 2024.
- Pelajar di Sukarame inisial A (16) tewas gantung diri di rumahnya, Rabu, 24 Juli 2024. Korban sempat dibangunkan oleh ibunya sekitar pukul 04.30 WIB, lalu ibunya pergi ke Pasar sebelum ditemukan gantung diri.
- Seorang mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung ditemukan tewas gantung diri di dalam gubuk di wilayah Kecamatan Rajabasa, Bandar Lampung. Ia gantung diri diduga karena asmara.
Korban bernama Edgar Niskaryo Zebua ditemukan oleh rekannya pada Sabtu, 27 Juli 2024, pukul 06.30 WIB.