Bandar Lampung (Lampost.co): Melalui disertasinya, Akademisi FKIP Unila, Dr Fitriadi menemukan model pembelajaran Project-Based Learning-Experiential Learning (PjB-EL) menjadi solusi rendahnya kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa SD.
Kelayakan model ini melalui hasil validasi ahli terhadap instrumen, materi, dan media pembelajaran yang memperoleh skor rata-rata 84,67% dengan kategori sangat layak. Ini mengindikasikan bahwa seluruh komponen pembelajaran telah memenuhi kriteria kejelasan, relevansi, dan keterpaduan dengan tujuan pengembangan HOTS.
Temuan ini oleh hasil uji coba praktisi memperoleh rata-rata 78,4% dalam kategori kuat. Hal ini menunjukkan bahwa model PjB-EL bersifat mudah terpakai, menarik, dan aplikatif dalam praktik pembelajaran di kelas.
“Implementasi model PjB-EL di lima sekolah dasar juga menunjukkan bahwa proses pembelajaran berlangsung secara aktif, kolaboratif, dan reflektif. Hal itu sesuai dengan tahapan pembelajaran berbasis pengalaman. Pengalaman konkret, refleksi, konseptualisasi, dan eksperimen aktif,” ungkapnya dalam sidang promosi doktoral di FKIP Unila, Rabu, 17 Desember 2025.
Dari hasil percobaan itu 2 sekolah mencapai kategori peningkatan tinggi, yaitu SDN 2 Pinang Jaya dengan peningkatan sebesar 78% dan SDN 5 Metro Pusat sebesar 81,43%. Adapun tiga sekolah lainnya pada kategori peningkatan sedang yakni SDN 2 Sumber Rejo (57,93%) dan SDN 3 Labuhan Dalam (51,43%). Selanjutnya, SDN 6 Metro Barat (45,38%), tanpa adanya penurunan prestasi belajar.
Siswa tidak hanya memahami konsep secara teoritis, tetapi mampu mengaitkannya dengan pengalaman nyata di lingkungan sekitar. Contohnya melalui kegiatan observasi, diskusi, refleksi, dan proyek aksi. Dengan demikian, terbentuk keterampilan berpikir kritis, komunikasi, serta tanggung jawab sosial.
Kontekstual
Guru menilai bahwa model ini berhasil menciptakan pembelajaran yang kontekstual dan bermakna. Sehingga PjB-EL layak menjadi alternatif inovatif dalam pendidikan dasar dengan penyesuaian terhadap karakteristik siswa dan sekolah.
“Meskipun terdapat variasi capaian antar sekolah, secara keseluruhan model ini terbukti efektif dalam meningkatkan HOTS sekaligus mendukung pengembangan keterampilan abad ke-21. Seperti komunikasi, kolaborasi, kreativitas, dan pemecahan masalah,” tegasnya.








