Bandar Lampung (Lampost.co) — Selain pemulihan lokasi pasca banjir, antisipasi terjadinya penyebaran penyakit juga penting bagi masyarakat terdampak banjir. Sebab banjir dan peningkatan intensitas hujan dapat memicu penyebaran penyakit.
Hal itu tersampaikan Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Lampung, Ismen Mukhtar. Ia mengungkapkan, banjir akan menyebabkan cemaran terhadap sumber air bersih. Hal tersebut bisa menjadi sumber pencemaran penyakit bagi masyarakat.
Kemudian salah satu penyakit yang paling berisiko adalah diare, terlebih jika wilayah tersebut kesulitan air bersih. Penyakit diare dapat menular melalui air, makanan, ataupun tangan yang tidak bersih.
“Yang paling sering itu jika terkait dengan pencemaran air adalah diare. Baik dari alat yang tercuci menggunakan air tercemar ataupun yang terkonsumsi,” katanya, Jumat, 7 Februari 2025.
Selain itu, leptospirosis juga menjadi salah satu penyakit yang berisiko muncul pada wilayah banjir. Ismen menjelaskan, leptospirosis merupakan penyakit karena bakteri leptospira.
“Leptospirosis terjadi karena makanan atau air yang tergunakan masyarakat itu tercemar bakteri leptospira. Ini berasal dari urine hewan seperti tikus,” jelasnya.
Selanjutnya, penyakit ini kerap tidak tersadari oleh masyarakat. Karena memiliki gejala yang tidak cukup parah seperti demam, pusing, hingga diare. Namun penyebaran penyakit itu sangat berisiko terlebih pada wilayah yang memiliki sanitasi buruk.
“Kemudian penyakit yang perlu terwaspadai juga adalah penyakit epidemik seperti demam berdarah (DBD),” katanya.
Lalu ia menjelaskan, curah hujan yang tinggi dan kondisi banjir tentu akan menimbulkan banyak genangan air. Kondisi itu bisa menjadi tempat berkembangnya nyamuk Aedes Aegypti yang menjadi penyebar virus DBD.
“Jadi selain penyakit karena banjir, penyakit yang sudah ada juga penting terwaspadai,” tambahnya.